ALLAH MENAMPAKAN DIRI KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN DI SAAT-SAAT MEREKA MELEWATI TITIAN
Setelah kejadian pelemparan ke dalam neraka, di tempat pemberhentian tidak ada lagi orang yang ragu, munafik, dan orang zindiq. Yang ada adalah orang mukmin, muslim, muhsin, arifin, shiddiqin, syuhada, orang shalih, dan para rasul. Allah SWT menyeru kepada mereka, "Wahai penduduk tempat pemberhentian, siapakah Tuhanmu. Mereka menjawab, "Allah". Allah SWT bertanya lagi, "Apakah kalian mengenalnya?" Nereka menjawab, "Ya'.
Kemudian seorang malaikat menampakan dirinya dari sebelah kiri Arsy, yang bila lautan yang 7 diletakkan dilekukan ibu jarinya, niscaya tidak akan tampak. Iya berseru pada mereka, "Aku adalah Tuhanmu dengan perintah Allah!" Mereka berkata, "Kami berlindung kepada Allah darimu". Tampak pula malaikat lain dari sebelah kanan Arsy yang kalau 14 lautan diletakkan dilekukan ibu jarinya, niscaya tak akan tampak. Ia berkata, "Aku adalah Tuhanmu". Mereka pun berlindung kepada Allah SWT darinya.
Kemudian Allah SWT menampakkan diri dalam bentuk yang mereka kenal. Mereka mendengar-Nya tertawa. Mereka pun sujud pada-Nya. Ia berfirman, "Selamat datang!" Allah SWT lalu pergi menuju surga dan mereka mengikutinya. Bersama-Nya, mereka melewati titian secara bergerombol. Mereka adalah para rasul nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang selalu berbuat kebajikan, para syuhada, orang-orang mukmin, dan orang-orang arif. Sebagian kaum muslimin jatuh terjungkal pada wajahnya, sebagian menyusuri al-araf, sebagian tidak memiliki kesempurnaan iman, sebagian menempuh jembatan selama 100 tahun, dan sebagian lagi melewatinya selama 1.000 tahun.
Setiap orang yang melihat Allah SWT dengan mata kepala sendiri tidak akan disentuh api neraka. Mengenai tempat orang muslim, muhsin, dan mukmin di surga sudah kami jelaskan secara terperinci dalam kitab kami yang berjudul Al-Istidraj. Mereka melewati titian dengan bergerombol dan menderita lapar serta haus. Mereka minum dari telaga dengan gelas sejumlah bilangan bintang di langit. Airnya berasal dari sungai Kautsar. Ukuran panjangnya sama dengan jarak dari Ilia ke Shan'a. Luasnya sama dengan luas 'Adn ke Yatsrib. Inilah makna sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam "Mimbarku berada di atas kolamku" Yakni, di atas tepinya, persis sama dalam luas dan lebarnya.
Ada orang yang terpeleset dari jembatan karena dosa-dosa mereka. banyak orang yang berwudhu tidak menyempurnakan wudhunya. Banyak orang yang salatnya tidak ditanya lagi karena menjadikan salatnya sebagai cerita dan tidak diiringi kekhusyukan lagi, sehingga walaupun hanya dengan gigitan semut, mereka akan menolehnya. Berbeda dengan orang yang mengetahui kemuliaan Allah SWT, mereka akan tetap khusyuk walaupun tangan dan kaki mereka terpotong. Pikiran mereka sibuk dalam kehebatan salat dan merasa bahwa ia sedang berada di hadapan Allah SWT. Namun, sering ditemukan seseorang yang hanya berada di tempat seorang pejabat saja, ia seperti menahan rasa sakit sengatan kalajengking karena begitu menghormati pejabat tersebut. Padahal seharusnya ia lebih dapat takzim lagi ketika berdiri di hadapan Allah yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, dan Maha Agung.
Diceritakan ada seorang hamba zalim dihadapkan kepada pengadilan Allah SWT. Kemudian diperlihatkanlah kepadanya kezaliman-kezaliman yang pernah dilakukannya. Namun, di antara orang-orang yang pernah dizaliminya, ada yang menaruh kasihan kepadanya dan membebaskannya. Allah SWT berfirman kepada orang itu, "Lihatlah ke atas kepalamu, wahai orang yang dianiaya!" Orang tersebut melihat sebuah gedung yang besar. Ia bertanya, "Apakah ini, wahai Tuhanku?" Allah SWT menjawab, "Bangunan ini untuk dijual. Belilah itu dariku". Ia menjawab, "Aku tidak mempunyai apa-apa untuk membelinya". Allah SWT menjawab lagi, "Harganya adalah apabila engkau memaafkan dosa saudaramu yang telah menganiayamu". Ia menjawab "Aku telah melakukannya, Wahai Tuhanku!"
Seperti itulah perlakuan Allah SWT terhadap orang zalim yang bertobat. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Ia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat".
Al-Awwab adalah orang yang telah meninggalkan dosa untuk selamanya. Salah satu yang digelari al-Awwab adalah Nabi Daud alaihissalam. Ada pula selainnya dari para rasul yang mempunyai gelar serupa.
google-site-verification: google9bd6396e11e857a5.html
google-site-verification: google9bd6396e11e857a5.html
0 comments:
Posting Komentar