JAPAR, M.AG
Suatu ketika seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat." Beliau menjawab, "Wajib atasmu bertakwa, karena takwa merupakan kumpulan kebajikan, wajib atasmu berjuang di jalan Allah, karena jihad merupakan ibadah orang Islam, dan wajib senantiasa ingat kepada Allah karena mengingatNya merupakan cahaya bagimu."
Dari hadis ini dapat kita lihat bahwa wasiat diberikan oleh Rasulullah kepada seorang laki-laki yang datang kepadanya itu bukanlah wasiat yang hanya teruntuk untuk orang tersebut tetapi ditujukan kepada setiap umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Selain hadis ini masih banyak lagi hadis-hadis yang lain yang menunjukkan perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Termasuk juga wasiat supaya bertakwa disampaikan melalui khotbah Jumat yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian ibadah salat Jumat. Namun uniknya di dalam hadis tersebut wasiat taqwa merupakan urutan pertama dari wasiat-wasiat yang lainnya, sekaligus memberikan pengertian bahwa takwa merupakan hal yang sangat urgen bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu aplikasi taqwa tidaklah hanya dalam batas waktu-waktu tertentu maupun di tempat-tempat yang tertentu, tetapi dalam setiap kesempatan maupun waktu dan tempat takwa itu mesti di aplikasikan. Pada suatu kesempatan Rasulullah bersabda "Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada."
Puasa Ramadan yang diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada umat Islam sejak tahun kedua hijrah, bahkan kewajiban puasa dibebankan kepada umat-umat yang terdahulu merupakan salah satu wasilah untuk meraih takwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam tidak hanya memerintahkan agar menjadi orang yang bertakwa tapi juga menunjukkan dan memberikan pengarahan bagaimana untuk meraih taqwa.
Yang menjadi persoalan adalah puasa telah dilakukan berulang-ulang setiap tahunnya namun para pelaku puasa Ramadan itu jarang atau banyak yang tidak dapat mencapai muara taqwa. Setelah dianalisa ternyata yang menjadi penyebabnya adalah para pelaku puasa Ramadan tidak terus mendayung dirinya untuk menuju muara taqwa tersebut. Bahkan sebaliknya melawan arus sehingga muara takwa semakin jauh dari pribadi orang tersebut. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kesuksesan orang yang berpuasa bukan dilihat bagaimana dia melaksanakan puasa Ramadhan, tetapi sejauh mana follow up daripada nilai-nilai Ramadan di aplikasikan pada waktu setelah selesai bulan Ramadan.
Inti daripada Ramadan yang dapat mengantarkan manusia kepada takwa adalah kemampuan untuk menawan dan menahan hawa nafsu. Puasa Ramadan bukan hanya nafsu yang terlarang yang harus ditahan dan dikendalikan, tetapi juga nafsu yang dibolehkan secara syar'i untuk dilakukan di luar Ramadan juga mesti dikoordinir dan di batasi pada saat Ramadan.
Puasa Ramadan merupakan bulan latihan untuk mengendalikan hawa nafsu. Sehingga setelah selesai Ramadan orang yang melakukan puasa diharapkan dapat mengendalikan hawa nafsu tersebut secara baik dan sempurna. Namun ironisnya apa yang terjadi di luar Ramadan selalu merupakan kebalikan dari tradisi-tradisi yang telah dilakukan pada bulan Ramadan. Sehingga nafsu yang liar kembali semakin tumbuh subur dalam jiwa.
Kenapa taqwa menjadi hal yang penting bagi seorang muslim? Karena takwa merupakan alat pelindung bagi setiap pribadi muslim. Jika takwa hilang dari seorang muslim, maka ia akan hancur.
Berikut merupakan poin poin penting yang dapat dimiliki oleh orang yang bertakwa, diantaranya:
a. Menjadi orang yang paling mulia disisi Allah. Jika seseorang itu memiliki kemuliaan disisi Allah, maka secara otomatis akan mendapatkan kedudukan yang istimewa ditengah-tengah makhluk (baca: manusia). Dari orang yang bertakwa akan muncul sifat-sifat yang terpuji.
b. Memiliki kemampuan untuk mencari solusi terhadap segala problematika kehidupan. Kemampuan itu bukan bersumber dari dirinya secara mutlak, tetapi dari Allah SWT.
c. Menjadi pribadi yang visioner, yaitu memiliki wawasan ke masa depan (akhirat). Firman Allah : "Dan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa, apakah kamu tidak berakal." Orang yang bertakwa senantiasa meorientasikan perilakunya untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan (surga).
d. Memiliki kemampuan memanajemen kehidupan jangka pendek dan jangka panjang. Karena orang yang bertakwa adalah orang yang paling optimis dan sangat bekerja keras. Mereka adalah bukan model yang suka putus dalam kehidupannya.