Andaikan lalat diberikan akal, lalu diberitahukan kepadanya bahwa Tuhan yang telah menciptakannya ternyata tidak memiliki sayap dan tidak mampu terbang kesana kemari hinggap sana sini, pasti lalat akan mengingkari informasi itu. Dia berpikir, mana mungkin tuhan tidak memiliki apa yang kami miliki. Kami saja memiliki dua sayap dan bisa hinggap kemana mana. Tuhan pasti sayapnya lebih besar dari sayap kami dan kecepatan terbangnya lebih dari kami.
Begitu pula, sebagian manusia hanya melihat dirinya sendiri sebagai manusia, lalu menggambarkan bahwa Tuhan yang maha kuasa haruslah berbentuk manusia dengan versi ukuran yang lebih besar, memiliki wajah tangan dan kaki, duduk di atas singgasana dan dikelilingi para ajudan yang siap menjalankan segala perintah. Manusia menggambarkan tuhan sebagaimana ia melihat seorang raja dari golongan manusia yang paling berkuasa di sebuah negeri.
Dengan yakinnya mereka mengingkari sifat Tuhan yang maha suci dari anggota tubuh, yang tidak bergerak dan tidak diam, yang tidak menempati ruang, yang tidak bertempat di langit maupun di bumi, yang pengetahuannya dan pengawasannya meliputi segala sesuatu di langit dan bumi.
Sumber : Ihya ulumiddin, kitab at-Tafakkur, vol 4.
0 comments:
Posting Komentar