This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

MENGUAK MISTERI ALAM AKHIRAT (14)

 ALLAH MENAMPAKAN DIRI KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN DI SAAT-SAAT MEREKA MELEWATI TITIAN


Setelah kejadian pelemparan ke dalam neraka, di tempat pemberhentian tidak ada lagi orang yang ragu, munafik, dan orang zindiq. Yang ada adalah orang mukmin,  muslim, muhsin, arifin, shiddiqin, syuhada, orang shalih, dan para rasul. Allah SWT menyeru kepada mereka, "Wahai penduduk tempat pemberhentian,  siapakah Tuhanmu. Mereka menjawab, "Allah".  Allah SWT bertanya lagi, "Apakah kalian mengenalnya?" Nereka menjawab, "Ya'.

Kemudian seorang malaikat menampakan dirinya dari sebelah kiri Arsy, yang bila lautan yang 7 diletakkan dilekukan ibu jarinya, niscaya tidak akan tampak. Iya berseru pada mereka, "Aku adalah Tuhanmu dengan perintah Allah!" Mereka berkata, "Kami berlindung kepada Allah darimu". Tampak pula malaikat lain dari sebelah kanan Arsy yang kalau 14 lautan diletakkan dilekukan ibu jarinya, niscaya tak akan tampak. Ia berkata, "Aku adalah Tuhanmu". Mereka pun berlindung kepada Allah SWT darinya.


Kemudian Allah SWT menampakkan diri dalam bentuk yang mereka kenal.  Mereka mendengar-Nya tertawa. Mereka pun sujud pada-Nya. Ia berfirman, "Selamat datang!"  Allah SWT lalu pergi menuju surga dan mereka mengikutinya. Bersama-Nya, mereka melewati titian secara bergerombol. Mereka adalah para rasul nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang selalu berbuat kebajikan, para syuhada, orang-orang mukmin, dan orang-orang arif. Sebagian kaum muslimin jatuh terjungkal pada wajahnya, sebagian menyusuri al-araf, sebagian tidak memiliki kesempurnaan iman, sebagian menempuh jembatan selama 100 tahun, dan sebagian lagi melewatinya selama 1.000 tahun.


Setiap orang yang melihat Allah SWT dengan mata kepala sendiri tidak akan disentuh api neraka.  Mengenai tempat orang muslim, muhsin, dan mukmin di surga sudah kami jelaskan secara terperinci dalam kitab kami yang berjudul Al-Istidraj. Mereka melewati titian dengan bergerombol dan menderita lapar serta haus. Mereka minum dari telaga dengan gelas sejumlah bilangan bintang di langit. Airnya berasal dari sungai Kautsar.  Ukuran panjangnya sama dengan jarak dari Ilia ke Shan'a. Luasnya sama dengan luas 'Adn ke Yatsrib. Inilah makna sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam "Mimbarku berada di atas kolamku"  Yakni, di atas tepinya, persis sama dalam luas dan lebarnya.


Ada orang yang terpeleset dari jembatan karena dosa-dosa mereka.  banyak orang yang berwudhu tidak menyempurnakan wudhunya. Banyak orang yang salatnya tidak ditanya lagi karena menjadikan salatnya sebagai cerita dan tidak diiringi kekhusyukan lagi, sehingga walaupun hanya dengan gigitan semut, mereka akan menolehnya. Berbeda dengan orang yang mengetahui kemuliaan Allah SWT, mereka akan tetap khusyuk walaupun tangan dan kaki mereka terpotong. Pikiran mereka sibuk dalam kehebatan salat dan merasa bahwa ia sedang berada di hadapan Allah SWT. Namun, sering ditemukan seseorang yang hanya berada di tempat seorang pejabat saja, ia seperti menahan rasa sakit sengatan kalajengking karena begitu menghormati pejabat tersebut. Padahal seharusnya ia lebih dapat takzim lagi ketika berdiri di hadapan Allah yang Maha Kuasa,  Maha Perkasa, dan Maha Agung.


Diceritakan ada seorang hamba zalim dihadapkan kepada pengadilan Allah SWT. Kemudian diperlihatkanlah kepadanya kezaliman-kezaliman yang pernah dilakukannya. Namun, di antara orang-orang yang pernah dizaliminya, ada yang menaruh kasihan kepadanya dan membebaskannya. Allah SWT berfirman kepada orang itu, "Lihatlah ke atas kepalamu, wahai orang yang dianiaya!"  Orang tersebut melihat sebuah gedung yang besar. Ia bertanya, "Apakah ini, wahai Tuhanku?"  Allah SWT menjawab, "Bangunan ini untuk dijual.  Belilah itu dariku". Ia menjawab, "Aku tidak mempunyai apa-apa untuk membelinya". Allah SWT menjawab lagi, "Harganya adalah apabila engkau memaafkan dosa saudaramu yang telah menganiayamu". Ia menjawab "Aku telah melakukannya, Wahai Tuhanku!"


Seperti itulah perlakuan Allah SWT terhadap orang zalim yang bertobat. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Ia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat".

Al-Awwab adalah orang yang telah meninggalkan dosa untuk selamanya. Salah satu yang digelari al-Awwab adalah Nabi Daud alaihissalam. Ada pula selainnya dari para rasul yang mempunyai gelar serupa. 

google-site-verification: google9bd6396e11e857a5.html

google-site-verification: google9bd6396e11e857a5.html

SIAPAKAH ANDA?

 

Siapakah.............?

**********************
*Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang paling sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu solatnya
seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s.
***
Siapakah orang yang manis senyuman nya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia berkata “Inna lillahi wainna illaihi rajiuun.”
Lalu sambil berkata, “Ya Rabbi Aku redha dengan ketentuanMu ini”, sambil mengukir senyuman.
***
Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
***
Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang yang tidak puas dengan nikmat yang ada dan senantiasa menumpuk-numpukkan harta.
***
Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.
***
Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
***
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan sejauh mata memandang.
***
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikan lalu kuburnya menghimpitnya.
***
Siapakah orang yang mempunyai akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
***

FAHAM AKIDAH YANG SELAMAT

 Rasulullah SAW: "Dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 diantaranya di dalam neraka dan hanya satu di dalam surga yaitu Al-Jamaah" (HR. Abu Daud). 

Dalam perjalanan sejarah umat Islam hingga sekarang terdapat banyak golongan dalam masalah akidah. Masing-masing golongan memiliki pemahaman tentang aqidah yang berbeda antara satu sama lainnya bahkan saling bertentangan. Ini adalah fakta yang tak dapat dipungkiri. Karena Rasulullah juga telah menegaskan melalui hadis tersebut.

Di antara banyaknya golongan tersebut, Ahlussunnah wal jamaah merupakan manhaj yang selamat dari kesesatan. Karena itu jalan ini harus kita tempuh untuk mendapatkan keselamatan. Aqidah inilah yang dianut oleh umat Rasulullah dari masa ke masa, yaitu para sahabat Rasulullah dan orang-orang sesudah mereka yang mengikuti jejak para sahabat tersebut dalam meyakini dasar-dasar akidah.

Penamaan Ahlussunah adalah untuk memberikan pemahaman bahwa kaum ini adalah kaum yang memegang teguh ajaran-ajaran Rasulullah, dan penamaan Al-Jama'ah untuk menunjukkan para sahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti mereka di mana kaum ini sebagai kelompok terbesar (mayoritas) dari umat Rasulullah. Dengan penamaan ini maka menjadi terbedakan antara paham yang benar-benar sesuai ajaran Rasulullah dengan paham-paham firqah sesat seperti Mu'tazilah, Qadariyah,  Jahmiyah dan lain-lain. 

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa manhaj Ahlussunnah wal Jamaah adalah manhaj yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan kemudian diikuti oleh para sahabatnya dan generasi yang sesudahnya. Sejalan dengan perkembangan waktu, manhaj ahlussunnah ini tersistematisasikan melalui ulama yang terkenal yaitu Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Sehingga, dalam literatur Islam, jika disebutkan nama Ahlussunnah wal Jama'ah maka yang dimaksud adalah kaum Asy'ariyah dan kaum Maturidiyah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Imam Al-Hafiz Muhammad Murtadha az-Zabidi dalam pasal 2 pada kitab Qawaid  al-Aqaid dalam kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya' Ulumuddin menuliskan sebagai berikut, "jika disebut nama ahlussunnah wal jamaah maka yang dimaksud adalah kaum Asy'ariyah dan kaum Maturidiyah". 

Dengan demikian, ada yang mengklaim bahwa ada satu golongan memproklamirkan ahlussunnah wal jamaah tapi tidak sesuai dengan apa yang telah dirumuskan oleh Asy'ariyah dan Maturidiyah maka tidak dapat diakui sebagai ahlussunnah wal jamaah yang sebenarnya, yaitu yang mengikuti manhaj Rasulullah dan para sahabat serta orang-orang yang setia dengan ajaran Rasulullah.

Aqidah ahlussunnah wal jamaah hingga kini diajarkan di masyarakat Indonesia. Akidah ini pula yang diyakini oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia, di Indonesia, Malaysia, Brunei, India Pakistan, Mesir negara-negara Syam (Syria, Yordania, Lebanon, dan Palestina), Maroko, Yaman, Irak, Turki, dagestan, Afghanistan dan negara-negara lainnya.


Dikutip dari berbagai sumber.

MENGUAK MISTERI ALAM AKHIRAT (9)




KEBANGKITAN ANTARA DUA TIUPAN SANGKAKALA 


Kebangkitan yang dimaksud adalah kebangkitan setelah kematian kedua. Pada kematian kedua ini organ batin tidak berfungsi lagi. Adapun pada kematian jasmani (kematian pertama) organ fisiklah yang tidak berfungsi sebab tubuhlah yang mendorong seseorang untuk bergerak tidak shalat, tidak puasa, dan tidak beribadah. Kalau Allah SWT memasukkan nyawa kembali ke dalam mayat, niscaya  bangkitlah ia karena mempunyai keinginan untuk kembali ke alamnya. Jiwa adalah substansi yang ringan sehingga akan memasuki tubuh, terjadilah kehidupan beserta aktivitasnya.

Para ulama berbeda-beda pendapat dalam menjelaskan waktu di antara dua tiupan. Mayoritas ulama menetapkan bahwa waktunya adalah 40 tahun. Orang yang berilmu dan makrifatnya tidak diragukan lagi menceritakan kepadaku bahwa hal itu hanya diketahui Allah SWT karena termasuk rahasia-rahasia ketuhanan. Ia juga memberitahukan kepadaku bahwa pengecualian untuk mengetahuinya hanyalah milik-Nya. Lalu aku tanyakan kepada orang itu mengenai makna sabda Rasulullah SAW:
"Aku yang pertama keluar dari bumi pada hari kiamat, tiba-tiba saudaraku Musa berdiri ini 'Arasy. Aku tidak tahu apakah ia dibangkitkan sebelum aku atau termasuk orang yang dikhususkan Allah azza wa jalla".

Tidak ada yang keluar dari kandungan hadis tersebut, selain sesuatu yang tidak berwujud jasmani walaupun Musa sekarang tidak memiliki jasad. Juga selain pengkhususan bagi Rasulullah SAW untuk mengetahui urutan masa kekagetan (setelah peniupan sangkakala). Sebagaimana yang diceritakan Ka'ab ketika Umar bin Khattab r.a berbicara tentang kegalauan ketika orang-orang merasa kaget. Ka'ab berkata, "kalaulah demikian amal 70 nabi, aku kira kamu tidak akan selamat dari harta itu,  kecuali orang-orang yang diselamatkan Allah dari ketakutan tersebut, yaitu para ahli maqam yang keempat. Tidak diragukan lagi bahwa Musa adalah salah seorang dari mereka." Kekhususan itu merupakan perkara yang luar biasa

MENGUAK MISTERI ALAM AKHIRAT (10)



KEADAAN MANUSIA PADA TIUPAN KEDUA

Ketika semua manusia telah duduk di kuburannya masing-masing,  Di antara mereka ada yang telanjang, ada yang berpakaian,  ada yang mukanya berwarna hitam, ada yang berwarna putih, ada yang memancarkan cahaya seperti lampu besar,  dan ada pula yang mukanya memancarkan cahaya seperti matahari, semuanya menundukkan kepala.  Mereka tidak mengetahui apa yang menimpanya selama seribu tahun.  Namun, ketertegunan itu buyar dengan kedatangan api dari sebelah barat yang menggiring manusia ke Padang Mahsyar. Semua makhluk,  baik golongan jin maupun manusia,  merasa bingung dan takut.  mereka membawa amal yang masing-masing dan amal itu berkata kepada pelakunya,” Bangkitlah dan berkumpullah di Padang Mahsyar!


Pada saat itu amat baik seseorang ada yang berwujud bighal,  ada yang berwujud keledai, ada yang berwujud  kambing yang menjadi kendaraannya. Ada cahaya menerangi di depan dan sebelah kanan mereka.  Inilah maksud firman Allah SWT, 

Sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan” Qs. at-Tahrim : 8.


Di belakang mereka tidak ada cahaya sehingga hitam pekat dan tak terlihat apa-apa. Tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya.  pada saat itu orang kafir dan orang-orang yang ragu menjadi panik dan bingung.  Adapun orang-orang Mukmin dapat melihatnya melalui kekuatan yang menuntunnya. Mereka memuji Allah SWT yang telah memberikan cahaya yang menuntunnya dalam kesulitan tersebut.

Pada hari itu Allah SWT menampakkan kepada orang mukmin kesengsaraan orang-orang yang sedang disiksa untuk membuktikan janji-janji-Nya.  Inilah makna firman  Allah SWT,

Dan apabila pandangan mereka  dialihkan ke arah penghuni neraka,  mereka berkata,  “Ya Tuhan kami,  janganlah engkau tempatkan kami bersama orang-orang yang zalim” Qs. al-A’raf : 47.

Ada empat hal yang tidak dapat diketahui nilainya kecuali oleh empat hal pula,  yakni tidak akan mengetahui nilai kehidupan didunia kecuali orang yang mati,  tidak akan mengetahui nilainya nikmat Kecuali orang yang sengsara,  tidak akan mengetahui kenikmatan kaya kecuali orang yang miskin,  tidak mengetahui nikmatnya sehat kecuali orang yang sakit.

Di antara manusia ada yang merangkak dengan kedua kaki dan kedua tangannya. Ada pula yang memiliki cahaya yang terkadang menyala dan terkadang padam. Kualitas cahaya yang dimiliki  orang mukmin tergantung kepada kualitas  keimanan masing-masing.  Cepat lambatnya langkah merekapun sesuai  dengan amal mereka di dunia.


Dalam sebuah hadis sahih , Rasulullah Saw pernah ditanya, “ Wahai Rasulullah,bagaimana caranya kita dikumpulkan pada hari Mahsyar?” Beliau menjawab, “Mahluk yang berkumpul saling berdesakan dan bertumpuk sehingga tingginya mencapai 1.000 tumit karena saking padatnya. Sebahagian manusia tenggelam dalam keringatnya sendiri.  Sebahagian ada yang tenggelam sampai ke hidung,  dada,  tenggorokan, pundak, dan tumit. Sementara sebahagian lainnya melihatnya seperti air selokan yang mengalir.  sebahagian mereka dan terkena basah sedikit seperti orang yang terkena tumpahan air minum.  orang yang tenggelam sampai tumit adalah yang mati tenggelam.  Kepada mereka,  malaikat berseru, “Janganlah kalian takut dan sedih”.


Sebahagian orang arif memberitahukan kepadaku bahwasannya mereka adalah orang-orang yang bertaubat seperti Fudhail bin Iyadh dan lainnya.  Nabi bersabda, “Orang yang tobat dari dosa seperti orang yang tidak mempunyai dosa”. 


Ketiga kelompok yang memperoleh keselamatan adalah orang-orang yang berwajah putih, sedang  selain mereka berwajah hitam.  bagaimana mereka tidak merasa resah,  khawatir, dan mandi keringat sebab matahari berada dekat di atas kepala mereka,  sehingga kalau seseorang menjulurkan tangan,  panasnya terasa 70 kali lipat dari panas di bumi.


Sebahagian ulama salaf mengatakan bahawa sandainya matahari yang terbit di dunia sebagaimana di akhirat,  niscaya akan terbakarlah bumi,  melelehlah bebatuan, dan keringlah sungai-sungai.


Makhluk-makhluk dikumpulkan dilapangan yang putih sebagaimana  disebutkan dalam firman-Nya : “Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit,  dan mereka semuanya di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadrat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. Qs. Ibrahim : 48.


Di Padang Mahsyar,  mereka menampakkan diri di hadapan Allah SWT dalam keadaan bermacam-macam. para raja di dunia menampakkan diri seperti debu sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah khabar tentang sifat orang yang sombong. Ungkapan seperti debu di sini bukan dalam arti bawa diri mereka benar-benar seperti debu,  tetapi rendah dan dihina sehingga diinjak oleh orang lain. 

Sekelompok orang meminum air yang jernih dan segar yang disuguhi anak-anaknya dari sungai-sungai di syurga. Salah seorang ulama salaf bermimpi kiamat benar-benar telah terjadi.Ia seakan-akan berada di suatu tempat dengan rasa haus yang sangat.  ia melihat anak-anak kecil memberi minum kepada sekelompok orang.  lalu ia menghampiri anak-anak itu untuk meminta seteguk dua teguk air.  salah seorang dari mereka berkata kepadanya,  Apakah ada diantara kami yang menjadi anak anda?” “ tidak”  jawabnya. “ kalau begitu kami tidak akan memberi minum.”  Jawabnya pula. Dalam hal ini terdapat keutamaan menikah kerana anak inilah yang memberi minum yang syarat-syaratnya telah kami sebutkan di dalam kitab al-Ihya’. 


Sekelompok orang dinaungi awan di tengah-tengah teringat panas matahari. Awan itu adalah sedekah yang baik. Mereka senantiasa berada dalam keadaan seperti itu selama seribu tahun sehingga mendengar sangkakala ditiup.  Telah kami gambarkan lebih rinci dalam kitab al-Ihya,  dan hal itu merupakan sebahagian rahasia Alquran.  Mendengar kerasnya tiupan sangkakala,  mereka merasa takut.  semua kepala  tertunduk.  mereka mengira bahwa itu merupakan siksaan pada hari kiamat.


Tiba-tiba kelihatan delapan malaikat membawa Arasy.  Mereka berjalan di hadapan para malaikat yang lama perjalanannya adalah 20.000 tahun.  Usungan Arasy diiringi rombongan malaikat dengan suara tasbih, hingga Arasy diletakkan di salah satu tempat di Padang Mahsyar yang putih yang sengaja Allah SWT ciptakan untuknya.


Saat itu,  seluruh makhluk tertunduk dengan perasaan takut.  Para nabi,  ulama, wali,  dan syuhada merasa takut akan azab Allah SWT yang tidak dapat ditanggung siapa pun. 

Tiba-tiba datanglah cahaya yang menutupi cahaya matahari .Mereka senantiasa berdesak-desakan selama 1.000 tahun.


TA’ALLUQ BEBERAPA SIFAT

A. Ta’alluq Sifat – Sifat Ma’âni

Ta’alluq menurut bahasa ialah; bergantung, berkaitan, bertalian berhubungan atau tercapai. Ta’alluq menururt istilah dalam kajian ilmu tauhid, khususnya sifat-sifat ma’âni adalah tentang sifat atas suatu pekerjaan setelah sifat itu berdiri pada zat. Ada beberapa macam ta’alluq, yaitu :

1.Ta’alluq sifat qudrat dan irâdat

Ta’alluq keduanya, kepada hal-hal yang jaiz atau yang mumkin saja, tidak ta’alluq kepada hal-hal; yang wajib dan tidak juga kepada hal-hal yang mustahil. Jika kedua sifat ini ta’alluq kepada yang wajib, maka akan terjadi tahsîl al hasil. Yaitu, mengadakan yang memang sudah ada. Jika ta’alluq kepada yang memang wajib ada, maka akan bertukar hakekat yang wajib kepada jaiz. Jika kedua sifat ini mengadakan yang mustahil ada, maka akan bertukar yang mustahil, menjadi jaiz. Ini semua tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, kedua sifat ini, hanya berta’alluq kepada yang jaiz, sebagai ta’alluq ta’tsir (memberi bekas/memberi efek), dengan perincian bahwa, sifat qudrat berkaitan dengan mengadakan dan meniadakan sesuatu, sedangkan sifat irâdat berkaitan dengan menentukan dan menghendaki sesuatu yang sesuai dengan pilihan-Nya.

2. Ta’alluq sifat sama’ dan bashar

Ta’alluq kedua sifat ini, kepada segala yang maujud (yang ada), yaitu hal-hal yang wajib dan yang jaiz, tidak ta’alluq kepada hal-hal mustahil, karena mustahil itu memang tidak ada wujudnya. Nama ta’alluq kedua sifat ini adalah; ta’alluq inkisyâf, artinya terbuka bagi Allah Ta’ala segala yang maujûd. Hanya saja inkisyâf sama’, berbeda dengan inkisyâf bashar, karena inkisyâf sama’ berarti tersingkap atau keterbukaan segala yang maujûd melalui sama’ Allah Ta’ala , sedangkan inkisyâf bashar adalah, keterbukaan segala yang maujûd melalui bashar Allah Ta’ala. Tegasnya, segala yang berwujud, bersuara dan berbunyi, diketahui oleh Allah Ta’ala, melalui sama’ dan bashar-Nya, secara wajib pada hukum akal bukan jaiz pada hukum akal.

3. Ta’alluq sifat ‘ilmu dan kalâm

Kedua sifat ini, ta’alluq kepada hukum akal yang tiga, yaitu ta’alluq kepada hal yang wajib, kepada hal yang jaiz dan kepada hal yang mustahil. Maksudnya adalah, ‘ilmu Allah Ta’ala mengetahui segala hal yang wajib, hal yang mustahil dan hal yang jaiz. Tidak ada yang tertutup atau luput dari ‘ilmu-Nya. Ta’alluq sifat ini dinamakan ta’alluq inkisyâf juga, sedangkan sifat kalâm, dinamakan ta’alluqnya dengan ta’alluq dalalah, artinya menunjukkan atau menfirmankan segala hal yang wajib, mustahil dan jaiz adanya.

4. Sifat hayât

Sifat ini tidak ta’alluq kepada salah satu dari hukum akal yang tiga, karena sifat ini, hanya menjadi syarat sah bagi berdirinya sifat-sifat ma’âni yang enam itu kepada Zat.

B. Ta’alluq Sifat Ma’âni Satu Persatu :

1. Ta’alluq sifat qudrat
Yaitu, hubungan atau kaitan sifat ini dengan ciptaan atau perubahan sesuatu yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala. Sasaran ta’alluqnya adalah segala yang jaiz atau segala yang mumkin, yaitu :

a. Segala mumkin yang belum ada

Sedangkan bekas atau pengaruh ta’alluq qudrat kepada mumkin yang belum ada, adalah :

1) Menetapkan yang mumkin itu, dalam keadaan “tidak ada” selama waktu yang dikehendaki

2) Berubahnya yang mumkin itu, dari tiada menjadi ada.

b. Segala mumkin yang sudah ada.
Sedangkan bekas atau pengaruh ta’alluq qudrat kepada mumkin yang sudah ada, adalah :

1) Tetapnya yang mumkin itu, dalam keadaan “ada”, selama waktu yang dikehendaki
2) Berubahnya yang mumkin itu, dari satu kondisi kepada kondisi yang lain

3) Kembalinya yang mumkin itu, menjadi tidak ada
Dari keterangan diatas, maka keta’alluqan qudrat kepada segala yang mumkin, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

1.1. Kelompok ta’aluq sulûhi qadîm (patut dalam azali)
Yaitu, kelayakan ta’alluq qudrat Allah Ta’ala, kepada segala yang mumkin pada azali dan kelayakannya adalah qadîm, karena qudrat itu bersifat qadîm. Oleh sebab itu, dinamakan ta’alluq sulûhi, dengan ta’alluq sulûhi qadîm.

1.2 Kelompok ta’alluq tanjîzi hadits

Yaitu, ta’alluq qudrat Allah Ta’ala secara langsung kepada segala yang mumkin, sehingga segala yang mumkin tadi mengalami perubahan, yakni menjadi ada atau kembali menjadi tidak ada atau berubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain. Oleh sebab itu, ta’alluq ini disebut dengan ta’alluq tanjîzi hadis.

1.3 Kelompok ta’alluq qabdlah

Yaitu, segala bentuk perubahan pada segala yang mumkin, berada dalam qabdlah (genggaman) qudrat Allah Ta’ala, dalam arti bahwa, tidak terjadi suatu perubahan pada diri sesuatu yang mumkin, kecuali dengan ta’alluq tanjîzi qudrat kepada suatu yang mumkin.
Akhirnya, ta’alluq qudrat Allah Ta’ala kepada segala yang mumkin, ada tujuh macam, yaitu :

ad. 1.1 Ta’alluq sulûhi qadîm, yaitu kelayakan ta’alluq qudrat pada azali, kepada segala yang mumkin.

ad. 1.2 Ta’alluq qabdlah kepada mumkin ma’dum ( tidak ada ), yaitu ta’alluq qudrat kepada mumkin, sebelum yang mumkin itu diciptakan.

ad. 1.3 Ta’alluq tanjîzi kepada yang mumkin ma’dum, yaitu ta’alluq qudrat kepada yang mumkin ma’dum, untuk diciptakan, sehingga menjadi ada ia.

ad. 1.4 Ta’alluq qabdlah kepada mumkin maujûd ( yang sudah ada ), yaitu, mumkin yang sudah maujûd itu, tidak mengalami perubahan. Kecuali dengan ta’alluq qudrat secara tanjizi telah berlaku padanya, sehingga berubah.

ad. 1.5 Ta’alluq tanjîzi kepada mumkin maujûd, yaitu ta’alluq qudrat kepada yang mumkin maujûd, untuk dirubah menjadi kembali tidak ada.

ad. 1.6 Ta’alluq qabdlah kepada yang mumkin sudah ditiadakan, yaitu mumkin yang sudah ditiadakan, berada dalam qabdah qudrat, sebelum dibangkitkan kembali nanti dari kubur.

ad. 1.7 Ta’alluq tanjîzi kepada yang mumkin sudah ditiadakan, yaitu ta’alluq qudrat Allah Ta’ala kepada yang mumkin sudah ditiadakan, untuk dibangkitkan kembali pada hari pembalasan, yakni ; hari kiamat.

2. Ta’alluq sifat Irâdat

Yaitu, ketentuan Allah Ta’ala terhadap yang mumkin, dengan berkeadaan dari salah satu dua keadaan yang bertentangan. Misalnya si A, bila lahir boleh menjadi tinggi dan boleh menjadi pendek. Kekhususan bagi si A, yang lahir sebagai orang yang pendek, termasuk tugas dari ta’alluq irâdat. Setelah itu ta’alluq qudrat tanjîzi menciptakan si A betul-betul menjadi pendek. Demikian juga halnya ketentuan warna kulit, daerah dan nasab yang terlebih dahulu ditentukan oleh sifat irâdat. Untuk selanjutnya diciptakan oleh qudrat. Oleh sebab itu, ta’alluq irâdat, terbagi dua kelompok, yaitu :

2.1. Kelompok ta’alluq sulûhi qadîm

Yaitu, kelayakan ta’alluq irâdat kepada segala yang mumkin, untuk mengkhususkan yang mumkin tersebut, agar mempunyai kondisi tertentu sebelum yang mumkin itu maujud. Kelayakan ta’alluq irâdat kepada segala yang mumkin adalah qadîm , karena bersifat qadîm, maka ta’alluq sulûhi bagi irâdat, bersifat qadîm juga.

2.2. Kelompok ta’alluq tanjizi qadîm

Yaitu, pengkhususan Allah Ta’ala secara langsung terhadap suatu yang mumkin, berkeadaan dengan suatu keadaan tertentu, sebelum yang mumkin itu diciptakan. Kekhususan yang demikian juga bersifat qadîm, karena Allah Ta’ala mengkhususkan ( menentukan ) suatu keadaan kepada yang mumkin dengan irâdat-Nya yang qadîm, maka ta’alluq tanjîzi bagi irâdat juga bersifat qadîm.
Dengan uraian ini, dapat diketahui bahwa, segala yang mumkin bila adanya berkeadaan dengan suatu keadaan adalah, merupakan penjelmaan dari ta’alluq irâdat yang tanjîzi. Sehingga sebahagian ulama Tauhid, mengistilahkan bahwa; ta’alluq tanjîzi bagi qudrat adalah, “ qada’ ” dan penjelmaan yang mumkin ke alam nyata sesuai dengan ta’alluq tanjîzi irâdat, dinamakan dengan “qadar”.

Iradat Menurut Ahlussunnah :

Irâdat (kehendak / ketentuan Allah ) tidak mesti sejalan dengan perintah dan ridhoNya. Untuk itu ada empat macam :

1. Kadang dikehendaki Allah, disuruhNya dan diridhoiNya. Seperti iman orang yang diketahui Allah keimanannya, Misalnya, Abu Bakr Siddiq.
2. Kadang tidak dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak diridhoiNya. Seperti kafirnya Abu Bakr.
3. Kadang dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak diridhoiNya. Seperti kafirnya orang-orang yang diketahui Allah, tidak akan beriman. Misalnya, Fir’aun, Qarun dan orang-orang bermaksiat
Kadang diperintahNya, tetapi tidak dikehendakiNya. Seperti berimannya Fir’aun, Qarun dan lain-lain.

3. Ta’alluq sifat sama’

Para ulama mutakallimin, berbeda pendapat tentang objek ta’alluq sifat sama’ (yang dita’alluqi oleh sama’). Sebahagian mereka menyatakan, bahwa, sama’ hanya ta’alluq kepada yang didengar saja, yaitu ; suara dan bunyi. Pendapat ini sangat logis, oleh karena adanya perbedaan pendapat ini, maka merekapun berbeda pendapat pula dengan apa yang didengar oleh nabi Musa as, dahulu. Sebahagian ulama menyatakan , yang telah didengar oleh nabi Musa as, adalah kalâm nafsi, sementara yang lain menyatakan adalah kalâm lafzhiy.
Selanjutnya sifat sama’ ini, mempunyai tiga segi ta’alluq, yaitu :

a. Ta’alluq sulûhi qadîm yaitu, ta’alluq sama’ dengan kita, sebelum kita diciptakan.
b. Ta’alluq tanjîzi qadîm yaitu, ta’alluq dengan Zat Allah Ta’ala
c. Ta’alluq tanjîzi hadits yaitu, ta’alluq sama’ kepada kita, setelah kita diciptakan.

4. Ta’alluq sifat bashar

Yaitu, ta’alluq kepada yang maujûd (telah ada), baik berupa zat, maupun sifat dari suatu yang mumkin. Bashar juga mempunyai ta’alluq yang sama dengan ta’alluq sama’.

5. Ta’alluq sifat ilmu

Sifat ilmu, hanya memiliki dua segi ta’alluq, yaitu :
a. Ta’alluq sulûhi qadîm

Yaitu, kelayakan atau kepatutan sifat ilmu ta’alluq kepada
segalanya; (wajib, mustahil dan jaiz), dengan berbagai keadaan tanpa perantara, tanpa mumkin ada pada azali dan kelayakannya tingkatan pengetahuan, (waham, syak, Zhan dan yakin ) dan tanpa didahului oleh ketidaktahuan (jahil). Oleh karena itu, ilmu bersifat qadîm. Maka kelayakan ilmu ta’alluq kepada segala-galanya adalah; qadîm, maka ta’alluq ini disebut, dengan ta’alluq sulûhi qadîm.

b. Ta’alluq tanjîzi qadîm

Yaitu, ta’alluq ilmu Allah kepada segala-galanya secara langsung, dengan kondisi yang telah disebutkan. Mustahil ilmu Allah Ta’ala yang maha tahu atas segala sesuatu, didahului oleh ketidaktahuan (jahil). Oleh sebab itu , ta’alluq tanjîzi ilmu Allah itu juga qadîm, dengan arti kata, Allah Ta’ala tdak pernah tidak tahu; pada suatu ketika; masa yang lalu, sekarang atau yang akan datang. Karena ilmu-Nya meliputi segala waktu dan tempat.


Baca Juga : Abu-Hasan-al-Asyari-Tokoh-ahl-sunnah-

 

6. Ta’alluq sifat kalâm

Sebelum menjelaskan ta’alluq sifat kalâm, terlebih dahulu akan dijelaskan macam-macam kalâm, yaitu :
a. Kalâm Nafsi
b. Kalâm Lafzhiy

Kalâm Nafsi adalah, kalâm yang tidak mempunyai huruf dan tidak mempunyai suara atau bunyi. Manusia juga mempunyai kalâm nafsi yaitu ; kata jiwa, ide dan kata hati atau perasaan yang belum diutarakan atau belum diucapkan, ketika belum menjadi alat komunikasi.
Kalâm Lafzhiy adalah ; lafazh–lafazh yang mengibaratkan kalâm nafsi, yakni lafazh yang diucapkan atau perwujudan dari kalâm nafsi, yang sama dengannya dan tidak serupa dengan keberadaannya, karena kalâm Lafzhiy telah berhuruf dan berbunyi.

Memahami kedua kalâm ini, maka Al-Qur'an dalam arti kalâm nafsiy adalah; sifat Allah Ta’ala yang qadîm. Sedangkan Al-Qur'an dalam arti kalâm Lafzhiy yang ada didalam mushaf adalah hadits. Inilah yang disampaikan Jibril kepada Muhammad SAW, tertulis dan tersusun. Al-Qur'an inilah, yang haram disentuh tanpa suci, dan Al-Qur'an ini pula, yang sering dibaca dan ada pahalanya. Maka ia ta’alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz, sebagai ta’alluq dalalah. Ta’alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz disebut dengan ta’alluq tanjîzi qadîm. Sedangkan ta’alluq sifat kalâm kepada hal yang jaiz, ada tiga macam, yaitu :

a. Ta’alluq tanjîzi qadîm, yaitu ta’alluq kalâm, kepada hal jaiz dari segi ada atau tidaknya.

b. Ta’alluq tanjîzi hadits, yaitu ta’alluq kalâm, kepada hal yang jaiz itu dari segi hukum yang jaiz pula, untuk menjadi pegangan.

c. Ta’alluq sulûhi qadîm, yaitu ta’alluq kalâm kepada hal yang jaiz, dari segi ada atau tidak adanya, maupun dari segi hukum kejaizannya (kebolehan) sebagai ta’alluq kelayakan.

Demikianlah ta’alluq sifat ma’âni, yang telah diuraikan satu-persatu, kecuali sifat hayât. Sifat ini tidak mempunyai ta’alluq, sebab ia hanya menjadi syarat sah bagi sifat-sifat ma’âni, yang lain untuk berdiri (tetap ada) pada zat Allah Ta’ala. 

Referensi  : Berbagai sumber

ABU HASAN AL-ASY'ARI : TOKOH AHL SUNNAH WA AL-JAMA'AH


Namanya Abu Al-Hasan al-Asy'ari (874-936 M).  Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Abi Bisyr  Ishak bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa  bin Bilal bin  Abi Burdah Amir bin Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ari. 


Sebutan al-Asy’ari  merupakan nisbat pada Asy’ar,  lelaki dari suku Qahthan  yang kemudian menjadi nama suku dan tinggal di Yaman.  Dari suku Asy’ar  ini,  lahir seorang sahabat terkemuka dan dikenal sangat alim sehingga termasuk salah satu ahli Fikih di kalangan sahabat Nabi saw yaitu Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari (wafat 665 M).


Sejak masih muda, Abu Al Hasan al Ashari telah ditinggalkan oleh ayahnya.  Kemudian,  atas wasiat ayahnya,  Abu al-Hasan al-Asy’ari diarahkan untuk belajar dan mendapatkan sanad hadis kepada murid terbaik Imam Ahmad bin Hanbal,  bernama Syeikh Zakaria as-Saji. Guru hadisnya yang lain adalah Abu Khalaf al-Jahmi,Abu Sahl bin Sarah,  Muhammad bin Ya'kub Al-Muqri,  Abdul Rahman bin Khalaf al-Bashri. 


Dalam ilmu kalam ia belajar langsung kepada ayah tirinya Abu Ali al-Juba’i, seorang tokoh ulama Mu’tazilah sebagaimana yang ditulis Shalahuddin as-Shafadi dalam kitab al-Wagi bil Wafayat.


Pengaruh Mu’tazilah telah mewarnai hidupnya sampai  ia berusia 40 tahun. Namun setelah itu ia kembali kepada Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Dia melontarkan pertanyaan kritis yang membuat  al-Juba’i tak mampu memberikan jawaban yang konprehensif.. Karena tidak dapat mendapat jawaban yang memusakan dari ayah tirinya tersebut  dia mengadu kepada Allah. Allah memberinya hidayah kepadanya melalui mimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan Rasulullah, dan kemudian Rasulullah bersabda : “Ikutilah sunnahku”. Mimpi itu terjadi berulang kali.


Dari situlah kemudian al-Asy’ari mulai melakukan kontemplasi selama lima belas hari. Dalam kontemplasinya, ia menulis al-Luma’ sebagai  pembelaan terhadap manhaj ahl al-sunnah wa al-jama’ah di rumahnya. Setelah lima belas hari, ia keluar rumahnya memproklamirkan  bahwa dirinya tidak lagi mengikuti akidah yang berdasarkan pemahaman Mu’tazilah, tapi mengikuti manhaj ahl al-sunnah wa al-jama’ah


Dalam menyebarkan ajaran akidah yang sesuai dengan sunnah Rasul, al-Asy’ari menulis buku yang sangat fundamental berjudul Maqalat al-Islamiyyin. Menurut Ibnu Asakir, Abu hasan al-Asy’ari  memiliki 90 karya tulis. Menurut Ibnu Katsir karya al-Asy’ari sebanyak 55 buah. Sedangkan menurut Tajuddin al-Subki, sang Imam memiliki 21 karya tulis. Namun, sampai saat ini hanya ada delapan karyanya yang tercetak.


Adz-Dzahabi menulis  bahwa  al-Asy’ari  tidak pernah mengkafirkan seorang muslim pun. Alasannya karena sama-sama ahl al-qiblah. Perbedaan  yang terjadi diantara mereka dalam hal pemahaman akidah  adalah dalam penjelasannya saja. Sehingga ketika  menjelang wafatnya, dia berwasiat  kepada murid-muridnya untuk tidak mengkafirkan sesama umat Islam. 


Bagi kalangan umat Islam Indonesia, Abu Hasan al-Asy’ari adalah rujukan dalam bidang akidah, seperti halnya Imam Syafi’i sebagai referensi dalam bidang fikih. . Akidah ahl al-sunnah wa al-jama’ah adalah corak pemahaman akidah yang dibawa oleh para ulama ke Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Untuk lebih mengetahui tentang bagaimana ajaran akidah menurut persfektif ahl sunnah wa al-jama’ah hendaklah merujuk kepada kitab-kitab yang ditulis oleh al-Asy’ari dan para murid dan penerusnya yang ikhlas dan jujur menulis dan menyampaikan ajaran akidah ini.

Dikutip dari berbagai sumber. 


Pematang Cengkering,  07 Juni 2023

Japar, M.Ag


RAJUT SILATURAHMI ANTAR ALUMNI MAS AL WASHLIYAH DESA PAKAM LINTAS ANGKATAN

 


Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam menyelenggarakan pantas aksi dan kreasi alumni tahun 2023. Cabang lomba yang diperlombakan adalah karaoke lagu Melayu dan E_Sport. Kegiatan ini memperebutkan trophy yang dipersiapkan oleh kepala Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam. 

Peserta yang mengikuti acara ini adalah seluruh alumni Madrasah-madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam dari angkatan pertama sampai dengan angkatan yang ke-24. Ajang lomba ini akan menjadi sarana komunikasi dan silaturahmi antar alumni madrasah.

Lomba karaoke lagu Melayu setiap peserta harus membawakan satu lagu wajib dan lagu pilihan. Adapun lagu wajib yang mesti ditampilkan oleh peserta adalah lagu yang berjudul ikan dalam kolam. Untuk lebih jelasnya dapat menghubungi kontak person yang ada di flyer.


PENTAS AKSI DAN KREASI SISWA

 


Kreasi dan prestasi merupakan hal yang sangat dituntut bagi seorang pelajar.  Dengan kreasi dan prestasi yang dimiliki oleh seorang pelajar dapat mengukur kualitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Kemampuan seorang pelajar bukan hanya dituntut dalam bentuk kognitif tapi lebih dari itu psikomotorik dan sikap juga harus dimiliki dengan baik.

Dalam rangka untuk memotivasi pengembangan prestasi dan kreasi dalam bentuk kognitif dan psikomotorik maka ajang perlombaan menjadi salah satu sarana yang dapat dipakai untuk itu. Dari perlombaan seorang yang ingin meningkatkan daya kognitif dan psikomotorik dapat berbaju karena ada tantangan dan kompetisi detik. Bersaing dalam meningkatkan kemampuan berkreasi dan berprestasi adalah merupakan hal yang baik.

Atas dasar itulah Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam menyelenggarakan berbagai macam perlombaan yang diselenggarakan di akhir tahun ajaran 2022 2023 ini. Selain itu juga adalah dalam rangka untuk mengisi waktu jeda dalam proses penilaian akhir semester menjelang penyerahan nilai hasil belajar. Kegiatan pentas aksi dan kreasi siswa ini diselenggarakan selama dua Minggu di lingkungan Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam.

Untuk informasi lebih lanjut dapat melihat player yang terdapat di halaman blog ini dan menghubungi kontak person yang tertera di player tersebut.

PENTAS AKSI DAN KREASI SISWA (PAKSa)


Dalam rangka untuk mengisi kegiatan di akhir tahun pelajaran 2023-2024 Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam menyelenggarakan kegiatan berupa perlombaan yang diikuti oleh Sekolah Dasar dan Madrasah Tsanawiyah atau SMP se-kecamatan Medang Deras. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi kontak person yang terdapat di player di atas.

Perlombaan ini memperebutkan hadiah trhopy dan piagam yang disediakan oleh panitia penyelenggara pentas aksi dan kreasi siswa Madrasah Aliyah Al Washliyah Desa Pakam tahun 2022-2023.

MENGUAK MISTERI ALAM AKHIRAT (19)

SYAFA’AT ALQURAN

 

Diriwayatkan bahwa  pada hari kiamat  Alquran datang dengan bentuk laki-laki yang tampan dan memberi  syafaat.  Demikian pula,  Islam memberi syafaat seperti itu. Kami telah menyebutkan hikayat Islam bersama Umar Bin Khattab dalam kitab Ihya' setelah ia memusuhi Rasulullah s.a.w. Alquran mengasihi siapa sahaja yang dikehendaki Allah SWT dan memasukkannya ke dalam surga.

 

Ada pun bumi datang dalam bentuk  laki-laki tua beruban dan buruk rupa. Orang-orang ditanya, “ Apakah kalian mengenalinya?”  Mereka menjawab, “ aku berlindung kepada Allah SWT darinya.”  Maka dikatakan, “ Inilah dunia yang kamu saling membenci dan saling hasut karenanya.”


Jumat datang dalam bentuk pengantin yang dikelilingi orang mukmin dan diliputi harumnya minyak wangi.  di atas mereka,  terdapat cahaya yang mengagumkan bagi semua yang ada didalam pemberhentian.  Hal itu terus berlangsung seperti itu sampai mereka dimasukkan ke dalam surga.

Lihatlah rahmat Allah!  keberadaan Alquran,  Islam dan Jumat.  Mereka berbentuk seperti manusia padahal Alquran berwujud di alam jabarut,  sedangkan Islam seperti shaum, shalat dan sabar. 


baca juga : REMAJA BUTA YANG MENJADI SYEIKH


Janganlah anda toleh orang yang berhujjah dengan kemusnahan manusia  ketika ia mati dengan ucapannya ketika perang Khandaq, “Wahai Tuhan jasad yang rusak dan nyawa yang punah.”

Untuk mendalami hal ini, seseorang memerlukan ilmu yang banyak. Kami telah mengingatkan hal ini pada kitab lain. Kami sengaja meringkasnya dengan tujuan menelusuri jalan sunnah dan tidak terjatuh dalam bid’ah yang datang tiba-tiba pada syara’ dari setan berupa manusia. Berilah manusia kabar gembira berupa petunjuk dan jalan yang diinginkan.


Kami memohon kepada Allah SWT taufik dan karunia-Nya. Amin. Hasbunallah wa ni’mal wakil wa shallallahu ala sayyidina wa ala alihi wa shahbihi wa sallam.


FI SABILILLAH : PENERIMA ZAKAT

 Zakat merupakan bagian yang sangat penting dalam syari’at islam. Bukan hanya sebagai bagian daripada ibadah yang manfaatnya untuk individu yang mengeluarkan zakat, tetapi lebih daripada itu, zakat  memberikan kemanfaatan secara kolektif bagi orang-orang yang berada dilingkungan yang menjalankan sistem zakat. Dalam Al Quran, kata zakat selalu disandingkan dengan perintah shalat. 

Alquran mengatur tentang orang-orang yang berhak menerima zakat. Secara spesifik mengemukakan pihak-pihak yang dapat menerima zakat.  Dalam surah at-Taubah ayat 60 Allah berfirman:


“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,  orang-orang miskin,  pengurus-pengurus zakat,  para mualaf yang dibujuk hatinya,  untuk memerdekakan budak,  orang-orang yang berhutang,  untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,  sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,  dan Allah Maha Pengasih dan Maha Bijaksana”.  


Dari ayat tersebut,  salah satu yang berhak menerima zakat adalah fi sabilillah.  Menurut Ibnu Atsir ,  secara bahasa lafaz Sabil memiliki arti jalan. Dengan demikian,   sabilillah secara bahasa dapat diartikan sebagai jalan Allah. Pada dasarnya lafadz fisabilillah bersifat umum  mencakup segala bentuk tindakan   yang secara ikhlas  ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah,  baik mengerjakan yang wajib,  sunnah,  maupun ketaatan yang lain.  Akan tetapi,  ketika lafaz sabilillah dimutlakkan,  yang dimaksud adalah jihad.


Sabilillah sebagai penerima zakat menurut perspektif fikih.


Menurut Wahbah Zuhaili, sabilillah adalah para mujahid yang berperang yang tidak mempunyai hak dalam honor sebagai tentara,  karena jalan mereka adalah mutlak berperang. Mereka diberi zakat karena telah melaksanakan misi penting mereka dan kembali lagi. Menurut jumhur ulama, mereka diberi zakat sekalipun orang kaya,  Karena yang mereka lakukan merupakan kemaslahatan bersama.  Adapun orang yang mempunyai honor tertentu  tidak diberi zakat.  kerana,  orang yang memiliki rezeki rutin yang mencukupi dianggap sudah cukup (Fiqh Islam wa Adillatuhu jilid 3 : 2007 h. 286)

Jumhur ulama dalam mazhab-mazhab bersepakat bahwa tidak boleh mendistribusikan zakat kepada selain asnaf yang delapan. Dengan demikian tidak dibenarkan kehidupan distribusian zakat seperti untuk membangun masjid jembatan, ruangan, irigasi 


Kata “innama” dalam ayat tersebut Berfungsi untuk membatasi dan menetapkan. Ayat tersebut menetapkan apa yang tersebut dan menafikan selainnya.  Oleh karena itunya,Tidak boleh mendistribusikan zakat kepada ibadah-ibadah yang tidak tersebutkan di dalam ayat tersebut, karena sama sekali tidak dapat di hak untuk memilikinya. 


Akan tetapi, Al-Kasani (seorang ulama bermadzhan Hanafi) dalam Al-Bada’i menafsirkan bahwa sabilillah (jalan Allah) Yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah semua macam ibadah. dengan demikian, mencakup semua orang yang berusaha di jalan Allah dan kebaikan, jika dia membutuhkan. Kata Sabilillah adalah umum dalam kepemilikan, Yaitu mencakup pembangunan masjid dan semisalnya, sebagaimana yang telah disebutkan. Sebagian ulama Hanafiah menafsirkan kalimat Sabilillah dengan mencari ilmu, sekalipun yang mencari ilmu tersebut kaya.  Anas dan Hasan berkata, “Zakat tidak diberikan untuk pembangunan jembatan dan jalan. Itu merupakan Sedekah Yang lampau.” Malik berkata, “ jalan Allah (sabilillah)  itu jumlahnya banyak.Akan tetapi aku tidak mengetahui perbedaan pendapat bahwa maksud Sabilillah dalam ayat ini adalah berperang.” (Fiqhul Islam wa Adillatuhu (terj) : Jilid 2 h. 287-288).

Menurut Dr.  Yusuf  Qaradhawi, bahwa  di antara ulama dulu sekarang,  ada yang meluaskan arti sabilillah , Tidak hanya khusus pada jihad dan yang berhubungan dengannya, tetapi ditafsirkannya pada semua hal yang mencakup kemaslahatan, taqarrub dan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan penerapan asal dari kalimat tersebut. 

Di antara pendapat ini, adalah apa yang diingatkan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya, bahwa zahir lafaz dalam firman Allah wa fisabilillah tidak wajib mengkhususkan artinya pada orang yang berperang saja. Kemudian ia berkata: "maka terhadap arti ini Imam Qaffal mengutip dalam tafsirnya dari sebagian fuqaha' bahwa mereka itu memperkenankan menyerahkan zakat pada semua bentuk kebajikan, seperti mengurus mayat, mendirikan benteng, meramaikan masjid. Karena sesungguhnya firman-Nya wafi sabilillah bersifat umum meliputi semuanya. 

Syekh Jamaludin Al Qosimi  menerangkan dalam tafsirnya, apa yang dikemukakan oleh Imam ar-Razi bahwa zahirnya lafaz tidak mewajibkan mengkhususkan kepada orang yang berperang. Ia mengutip pula kutipan Imam Qaffal dari sebagian fuqaha' tentang masalah itu kemudian mengemukakan pendapat pengarang buku Taj, bahwa setiap jalan yang menuju ridho Allah adalah jalan yang baik, dan termasuk fisabilillah. Kemudian tidak mengutip yang lain dan tidak memberikan komentar apa-apa lagi titik ini menunjukkan adanya kesesuaian pendapat atau tidak adanya selisih paham. (Fikih Zakat (terj) h. 619-626).


Menurut Prof. Dr. H. Abdullah Syah, MA, asnaf  fisabilillah sekarang ini lebih tepat  disalurkan kepada penuntut ilmu. Kerana menurut beliau,  penuntut ilmu sesuai hadis rasul dalam orang yang sedang berjihad fisabilillah.  kerana dengan ilmu itu dia dapat membela dan meninggikan Islam  dan martabat umat Islam.  apa lagi umat Islam masa sekarang ini sangat ketinggalan dalam pendidikan dibandingkan dengan umat lain,  karena itu perlu diprioritaskan zakat untuk menopang/ memberi beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa yang sangat memerlukan untuk menyelesaikan studinya.(Butir-butir Fiqh Zakat : 2007 h. 90-91). 


Pem, Cengkering, 6 Juni 2023

Japar, M.Ag


MENGUAK MISTERI ALAM AKHIRAT (16)

 Dalam riwayat shahih disebutkan bahwa perbuatan yang pertama kali diperhitungkan adalah berkaitan dengan darah adapun orang yang pertama kali memperoleh pahala adalah orang yang hilang pandangannya (buta). Pada hari kiamat kelak, orang yang buta dipanggil bersama orang buta lainnya. Kemudian dikatakan kepada mereka, "bergabunglah dengan dzat Al-Yamin". Mereka mendapat bendera sendiri dari Nabi Syu'aib dijadikan sebagai pemimpin mereka mereka disertai para malaikat cahaya yang jumlahnya tidak diketahui, kecuali Allah. Para malaikat yang menyertai rombongan itu seperti sedang mengantarkan pengantin. Mereka melintasi jembatan bagaikan langit yang menyambar. Sifat salah seorang mereka dalam kesabaran dan lemah lembut seperti Ibnu Abbas dan menyamainya dari umat Muhammad SAW. 

Setelah itu, Allah SWT berseru, "Di mana orang yang ditimpa penyakit?" Orang-orang itu pun datang sambil memuji Allah SWT. Berita diperintahkan bergabung dengan dzat Al-Yamin. Mereka juga diberi bendera sendiri dan Nabi Ayub alaihissalam dijadikan sebagai pemimpin mereka sifat orang yang ditimpa cobaan ini adalah sabar dan lemah lembut seperti Uwail bin Abi Thalib dan yang menyerupainya.

Kemudian Allah SWT menyuruh lagi di manakah para pemuda yang menahan diri (untuk berbuat zina)?" Para pemuda itu pun didatangkan dan Allah SWT menyambutnya. Mereka lalu diperintahkan bergabung dengan dzat Al-Yamin mereka diberi bendera sendiri dan Nabi Yusuf alaihissalam dijadikan sebagai pemimpin mereka tetap sifat mereka adalah sabar dan lemah lembut seperti Rasyid bin Sulaiman dan yang menyerupainya.

Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala menyeru lagi,"Di mana orang-orang yang saling mencintai karena Allah?" Orang-orang yang dimaksud pun datang dan Allah SWT menyambutnya dengan baik. Mereka lalu diperintahkan bergabung dengan dzat Al-Yamin. Sifat mereka adalah sabar dan lembut. Mereka tidak pernah murka karena urusan dunia seperti Abu Turab, yakni Ali bin Abi Thalib dan yang menyamainya.

Kemudian Allah SWT menyeru lagi, "Manakah orang-orang yang menangis karena Allah?" Orang-orang itu pun datang memenuhi panggilan,-Nya. Air mata mereka ditimbang bersamaan dengan darah tak syuhada dan tinta para ulama. Ternyata air mata mereka lebih berat.  Mereka lalu diperintahkan bergabung dengan dzat Al-Yamin. Mereka diberi bendera berwarna sesuai dengan keragaman tangisannya. Sebagian mereka menangis karena takut, sebagian mereka menangis karena mengharap ampunan Allah sebagian mereka menangis karena menyesal. Yang menjadi pemimpin adalah Nabi Nuh alaihissalam.

Para ulama mengadu kepada Allah SWT bahwa mereka lebih baik daripada orang-orang yang menangis itu. Mereka berkata, "karena ilmu kamilah mereka menangis." Rombongan pun berhenti.  Kemudian ditimbanglah tinta para ulama dan darah para syuhada. Ternyata darah para syuhada lebih kuat. Mereka lalu diperintahkan menempati tempat sebelah kanan dan diberi bendera sendiri. Mereka dipimpin oleh Nabi Yahya alaihissalam.

Lagi-lagi para ulama mengadu kepada Allah bahwa mereka lebih baik daripada syuhada itu. Mereka berkata, "karena ilmu kami lah mereka berperang. Kami lebih unggul daripada mereka."

Allah SWT tertawa dan berfirman, "Mereka (para ulama) bagi-Ku adalah seperti nabi-nabiKu. Berikanlah syafaat kepada orang-orang yang kalian kehendaki!" Mereka lalu memberi syafaat kepada keluarga, tetangga, dan saudaranya. Mereka menyuruh para malaikat agar menyeru kepada manusia, "Wahai manusia, si Fulan yang alim itu disuruh Allah SWT memberi syafaat bagi siapa saja yang membutuhkannya atau memberi sesuap makan bagi yang lapar atau memberi air bagi yang haus." Maka berdatanganlah orang-orang untuk meminta syafaat.

Dalam hadis sahih diterangkan bahwa orang yang pertama memberi syafaat adalah para rasul lalu para Nabi kemudian para ulama.

Rombongan para ulama diberi bendera tersendiri dan dipimpin oleh Nabi Ibrahim alaihissalam karena ia adalah rasul yang paling kuat ilmu dan pengaruhnya.

Selanjutnya, orang-orang fakir dipanggil. Allah SWT menyambut mereka sambil berfirman, "Selamat datang wahai orang-orang yang dunia merupakan penjaranya." Mereka lalu diperintahkan menempati tempat sebelah kanan dan diberi bendera kuning. Mereka dipimpin oleh Nabi Isa alaihissalam.

Kemudian terdengar seruan, "Dimana orang orang yang kaya?" Begitu mereka datang, dihitunglah apa yang telah diberikan kepada mereka selama 500 tahun. Mereka lalu diperintahkan menempati tempat sebelah kanan dan diberi bendera sendiri.  Mereka dipimpin oleh Nabi Sulaiman alaihissalam.

Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa ada empat golongan yang diingatkan empat golongan lain. Pertama, orang kaya dan orang senang. Mereka ditanya,"Apa yang membuatmu lalai untuk beribadah kepada Allah SWT?" Mereka menjawab,"Ia memberi kami harta dan kebahagiaan sehingga melalaikan kami untuk beribadah kepadaNya." Mereka ditanya lagi, "Siapakah yang lebih besar kekuasaannya, kamu atau Sulaiman?" Mereka menjawab, "Sulaiman " Dikatakan kepada mereka, "Harta dan kekuasaan tidak menyebabkan Sulaiman melalaikan ibadah."

Kedua, orang yang mendapat cobaan. Mereka ditanya, "Apakah yang membuat kalian lalai dari ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala?" Mereka menjawab, "Allah SWT menguji kami di dunia sehingga kami lalai dari zikir dan ibadah kepada-Nya." Dikatakan kepada mereka,"Siapakah yang paling berat ujiannya, kalian atau Ayub?" Mereka menjawab,"Ayub." Dikatakan kepada mereka, "Ujian itu tidak membuatnya lalai dari memberikan hak-Ku (ibadah)".