/>https://maswashliyah.blogspot.com MAS ALWASHLIYAH DESA PAKAM: MAKALAH

Translate

PUISI OLEH MUHAMMAD RIFAL AZHARI

MADRASAH ALIYAH ALWASHLIYAH DESA PAKAM MENERIMA SISWA BARU TAHUN PELAJARAN 2024/2025

Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Mei 2023

BERSYUKUR TERHADAP MUSIBAH, HARUSKAH?

 

JAPAR, M.AG

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ 

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 155)


Dalam kehidupan ada dua kondisi yang terkadang datang silih berganti, yaitu karunia kesenangan dan musibah. Hanya saja frekwensi dan durasinya kadang-kadang berbeda.


Dalam perspektif agama Islam, ketika seseorang menghadapi kedua kondisi itu hendaknya disikapi dengan sebaik mungkin. Jika karunia kesenangan maka cara yang harus dilakukan untuk menyikapinya adalah dengan bersyukur. Perilaku syukur ketika menyikapi karunia kenikmatan adalah sesuatu yang niscaya. Artinya seseorang yang mendapatkan kenikmatan maka sudah sewajarnya untuk mengucapkan terima kasih terhadap karunia itu. Namun bagaimanakah kita ketika menyikapi suatu musibah, apakah dapat dilakukan dengan bersyukur?


Hidup di dunia ini tidak terlepas dengan cobaan dan musibah.Lazimnya ketika orang mendapatkan musibah,  sikap yang dilakukan adalah bersabar terhadap musibah itu. Kesabaran yang muncul pada saat menyikapi musibah, berasal dari sebuah keyakinan bahwa apa yang terjadi semua itu sudah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. 


Kemampuan mensyukuri terhadap musibah adalah merupakan sebuah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki oleh seseorang. Karena hal itu adalah merupakan sesuatu yang sangat berat sekali untuk diaplikasikan. Tapi bagi seseorang yang menginginkan kedudukan yang tinggi di sisi sang pencipta maka mau tidak mau syukur itu haruslah di jalankan. Mungkin timbul pertanyaan, kenapa musibah juga seharusnya disyukuri? Apa yang melatarbelakanginya atau alasan untuk bersyukur terhadap musibah? 


Al-Muhasibi menyebutkan, rasa syukur adalah sebuah kesadaran bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah berasal dari Allah, baik berupa kesenangan maupun musibah (kesulitan). Dengan demikian musibah yang terjadi itu tidak perlu disesalkan. Karena bisa jadi juga musibah itu akan menjadi sesuatu yang bernilai bagi orang yang ditimpanya.


Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, paling tidak ada tiga alasan kenapa musibah sangat pantas untuk disyukuri dan tidak layak untuk dikeluhkan. 


Pertama, Allah menjadikan busana eksistensi yang dia pakaikan kepada manusia sebagai petunjuk atas kreasinya. Sebab Dia menciptakan manusia dalam bentuk model yang dipaparkan pada dirinya pakaian eksistensi, yang diganti, digunting, diubah dan dimodifikasi untuk menjelaskan manifestasi Asmaul Husna yang beraneka ragam. Sebagai namanya as-Syafi (Yang Maha Menyembuhkan) menuntut adanya penyakit.  Begitu juga ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) menuntut adanya rasa lapar. Demikianlah Allah adalah pemilik kerajaan,  Dia berbuat dalam kerajaan-Nya apa saja yang dikehendaki-Nya. Dengan demikian musibah yang ditimpakan kepada seorang manusia ada merupakan bagian dari kreasi Allah subhanahu wa ta'ala. Artinya, Allah ingin memperlihatkan kepada manusia kegagahan dan keperkasaan-Nya dan sekaligus mengajarkan kepada manusia jangan bersifat sombong,  karena kesombongan hanyalah boleh dipakai oleh Allah.


Kedua, sesungguhnya kehidupan menjadi jernih oleh musibah, serta menjadi bersih oleh penyakit dan bencana. Semua itu menjadikan hidup mencapai kesempurnaan, kuat, meningkat, produktif serta mencapai tujuan dan targetnya. Dengan demikian kehidupan telah melaksanakan kewajibannya. Sedangkan kehidupan monoton yang hanya berjalan dengan satu corak dan berjalan di atas hamparan kenikmatan, lebih dekat kepada "ketiadaan" yang merupakan keburukan mutlak ketimbang kepada "keberadaan" yang merupakan kewajiban mutlak.  Bahkan, ia sudah mengarah kepada ketiadaan.


Ketiga, dunia merupakan medan ujian dan cobaan.  Dunia adalah tempat beramal dan beribadah, bukan tempat bersenang-senang dan berleha-leha, serta bukan pula tempat menerima imbalan dan pahala. Selama dunia merupakan tempat beramal dan beribadah,  maka penyakit dan cobaan -selain yang berkaitan dengan agama dan dengan syarat diterima dengan sabar - menjadi selaras dengan amal, bahkan harmonis dengan ibadah tersebut.  Sebab, kedua hal tersebut menguatkan amal dan mengencangkan ibadah. Karena itu, tidak diperbolehkan mengeluhkannya. Justru kita harus bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala karena penyakit dan musibah mentransformasikan setiap jam dalam kehidupan mereka yang tertimpa musibah menjadi ibadah sehari-hari.


Pada dasarnya, ibadah terbagi dua bagian: aktif dan pasif. Bagian yang pertama, seperti yang kita kenal bersama. Sedangkan bagian yang kedua adalah berbagai penyakit dan cobaan yang membuat penderitanya merasakan ketidakberdayaan dan kelemahannya, sehingga ia mencari perlindungan kepada Tuhannya Yang Maha Pengasih. Dengan cara itulah, ia melaksanakan ibadah dengan ikhlas, murni, dan bebas dari riya. Apabila penderita tersebut menghiasi dirinya dengan sabar, memikirkan pahalanya di sisi Allah dan keindahan imbalan darinya, serta bersyukur kepada Tuhannya terhadap segala musibah, pada saat itu setiap jam dari usianya berubah laksana satu hari ibadah. Sehingga umurnya pendek menjadi demikian panjang.  Bahkan bagi sebagian dari mereka setiap detik dari usianya bernilai ibadah sehari penuh.

Dengan alasan inilah, maka berikan kabar gembira kepada mereka yang tertimpa musibah, ucapkan selamat kepadanya, karena setiap detik dari usianya bak ibadah satu hari penuh, sebab ia benar-benar bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih melalui kesabaran yang indah.


Pajak Sore, 27 Mei 2023
Japar, M.Ag

Minggu, 02 April 2023

CATATAN BAGI YANG GEMAR "TADARUS"


JAPAR, M.AG

JAPAR, M.Ag

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang khas dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Selain kewajiban puasa yang mesti dilakukan oleh setiap muslim, di dalam Ramadhan banyak sekali keutamaan-keutamaan yang dapat diraih di dalamnya. Di antara amalan yang paling favorit di dalam bulan ini adalah tilawah Al-Qur'an yang biasa juga disebut dengan tadarus Al-Qur'an. Ada berbagai macam cara yang dilakukan dalam tadarus AlQuran, yaitu dengan membaca Alquran secara sendiri-sendiri sehingga tuntas dibaca satu mushaf tiga puluh juz. Ada pula yang mengkaji Alquran melalui tafsirnya. Ada pula yang mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an per ayat maupun tersurat atau secara tematik, selain itu ada pula yang membaca Alquran secara beramai-ramai dibimbing oleh seorang pemandu yang dianggap lebih paham tentang ilmu tata cara membaca Al-Qur'an dengan baik (tahsin). 


Kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas merupakan hal yang sangat positif sekali dalam rangka untuk mendekatkan setiap pribadi muslim dengan Al-Qur'an. Interaksi dengan Alquran pada bulan Ramadhan sangat masif sekali dilakukan oleh mereka yang menggandrungi bacaan Alquran. 


Ketika membaca Alquran secara berjamaah mestilah menggunakan tata cara dan adab yang baik serta didasari ilmu. Hal ini ditegaskan karena amal yang tanpa didasari dengan ilmu, termasuk membaca Alquran, tidak akan menjadi pahala bagi yang melakukan, bahkan sebaliknya dosalah yang didapatkan. Oleh sebab itu mengetahui tata cara adab dan mengaplikasikan adab bacaan Alquran yang berdasarkan ilmu merupakan sebuah keniscayaan.

Atas dasar itulah maka penulis mencoba untuk berbagi sedikit ilmu tentang tata cara membaca Alquran, sehingga dengan informasi yang relatif sedikit ini dapat membantu para pencinta Al-Qur'an untuk membacanya dengan benar.


Isti'adzah

Pada bagian ini akan dibahas mengenai isti'adzah. Hal ini sangat perlu diketahui, apalagi hampir setiap kita membacanya pada saat memulai membaca Al-Qur'an. Namun harus tahu bagaimana tata cara membaca isti'adzah tersebut, apalagi di beberapa tempat ketika kita mendengar dan mengikuti tadarus Al-Qur'an banyak sekali hal-hal yang kurang tepat dilakukan oleh mereka.


Ta'awudz atau isti'adzah adalah membaca audzubillah. 

Mayoritas ulama  berpendapat bahwa membaca ta'awudz disunahkan sebelum membaca Al Quran, bahkan ada yang mewajibkannya. Mereka mendasarkan kepada QS. an-Nahl : 98.

Para ulama sepakat bahwa kalimat ta'awudz bukan termasuk salah satu ayat Alquran. Adapun lafal atau sighat isti'adzah yang menjadi pilihan para qurra' (ahli qiraat) yaitu a'udzubillahi minasy syaithanir rajim. Namun mereka juga sepakat membolehkan lafadz isti'adzah dengan redaksi a'udzubillahis sami'il 'alimi minasy syaithanir rajim. 

Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum membaca isti'adzah dengan suara nyaring ketika hendak baca Alquran adalah sunnah.  Dikecualikan daripadanya beberapa tempat di mana tidak disunatkan membaca dengan nyaring yaitu:

  1. Jika membaca Alquran dengan suara rendah sama ada dia sendirian atau bersama jamaah dalam satu majelis;

  2. Jika membaca Al-Quran sendiri dengan suara nyaring atau rendah;

  3. Jika membaca Alquran dalam salat sama ada shalat nyaring atau tidak;

  4. Jika membaca Alquran bersama jamaah dalam tadarus AlQuran tetapi dia bukan pembaca pertama.


Demikian pula, tidak diperkenankan membaca "ta'awudz" setelah kalimat "Qolallahu Ta'ala (berfirman Allah SWT)" atau kalimat "Qoulullahi 'Azza Wajalla (firman Allah SWT)", karena akan menimbulkan kerancuan bahwa seolah-olah isti'adzah atau ta'awudz itu merupakan ayat Alquran,  dan itu kesalahan yang sangat fatal yg dilakukan oleh para khatib dan para penceramah. Hal itu karena sesungguhnya Allah SWT adalah yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung, yang Maha Mulia, yang  Maha Gagah, yang Maha Besar, yang Allah memerintahkan kepada hambanya yang muslim, agar memohon perlindungan kepada Allah SWT dari setan yang terkutuk, maka Dia lah yang orang-orang muslim memohon perlindungan kepadaNya, dan dijadikan sandaran oleh mereka. Maka siapa yang berkata mengatasnamakan firman Allah atas apa yang tidak Allah firmankan maka sungguh dia telah berbuat mengada-ada kepada Allah, dan melakukan ucapan yang buruk yang harus dijauhi, maka apabila terlanjur lisannya mengucapkan itu, dan berbuat kesalahan yang fatal ini, maka hendaknya ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. 


Sumber :

  • Qiraat Sab'ah karya Syekh H. Muhammad Roihan Nasution, MA.

  • Al-Wadhih fi  Ahkamit Tajwid karya Dr. M. Isham Muflih al-Qudhat

  • Haqqut Tilawah, karya Husni Syaikh Utsman




Senin, 17 Agustus 2020

Manajemen Dakwah dalam kajian Dhuha PW WASHLIYAH Sumatera Utara

 

 Oleh: Ade Hamid Alfahrido

Editor: Drs. Supardi M.ag

Jika dilihat dari segi bahasa, pengertian Manajemen Dakwah memiliki dua pengertian, yaitu :

Yang Pertama ialah pengertian Manajemen dan kedua pengertian Dakwah. Pertama pengertian manajemen, secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oeh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi dalam mencapai suatu tujuan.

Maka dari itu Pimpinan wilayah Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara juga mempunyai caranya tersendiri dalam mengkoordinir dakwahnya agar tersampaikan kepada Masyarakat Luas Khususnya kepada Warga Washliyah Yang berada di Sumatera Utara, guna menata lembaga ini dengan sebaik mungkin, Pimpinan juga memberi amanah kepada Majelis Dakwah Alwashliyah Sumatera Utara agar membuat suatu Terobosan dakwah virtual yang mana semua masyarakat Sumatera Utara bisa merasakan kehadiran Aljam’iyatul Washliyah, khususnya di Provinsi Sumatera Utara ini maka timbullah suatu ide dan gagasan para pengurus untuk membuat Kajian Dhuha dari daerah yang di adakan oleh PW Washliyah Sumatera Utara dengan cara tatap muka secara Virtual oleh Aplikasi Zoom dan di siarkan secara Langsung dari Youtube maupun Facebook dengan begini Dakwah pun berjalan dengan lancar walaupun lagi di masa Pandemic Covid 19 ini.

Kajian tersebut juga dilakukan Rutin setiap hari tanpa ada jeda sedikitpun karena begitu banyak daerah di Provinsi Sumatera Utara ini, terutama Di Kabupaten Batu Bara. Pelaksanaan Kajian Dhuha itu dilaksanakan setiap hari Selasa pada Pukul 09:30-10:00 WIB. Kegiatan ini juga di pelopori oleh PD Washliyah se-Sumut untuk ikut serta dalam kajian tersebut dan di isi oleh Ketua Majelis Bidang Dakwah PD Washliyah Se sumut, dan untuk yang mengkoordinir kegiatan tersebut ialah operator dari studio AW Sumut Channel yang berada di lokasi tersebut sehingga dapat mengontrol semua kegiatan yang berbau virtual tersebut. Manajemen waktu juga sangat disiplin dilakukan oleh operator penyelenggara agar waktu pelaksanaan,  tidak ada yang kekurangan disana-sini, baik itu perihal jaringan dan sebagainya, kualitas video juga sangat ditentukan agar penonton puas dengan hasil yang ditayangkan di media Sosial baik itu You Tube maupun Facebook. 

Di Batu Bara sendiri pelaksanaan Kajian Dhuha Daerah ini dibawakan oleh pemateri yang bernama Al Ustadz Al Asari S.Ag.M.Si yang sering mengangkat judul Sirah Nabawiyah, Serial Ibunda para Nabi. PW WASHLIYAH Sumatera Utara juga berharap pada kegiatan ini sendiri untuk terus bertahap dan berkelanjutan agar dapat mengedukasi Semua Warga Sumatera Utara khususnya Warga Al Jamiyatul Washliyah Provinsi Sumatera Utara yang sudah mengikuti dan menonton Kajian Kajian tersebut sehingga dengan begitu kita juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat lewat Sosial Media berupa Virtual ini. Kedepannya kita berharap agar kegiatan virtual seperti dapat berkembang sebagai sarana dakwah dikalangan warga Washliyah dan Umat Islam pada umumnya. Dengan menyajikan materi materi dakwah yang dapat diterima dikalangan masyarakat.

Penulis Ade Hamid Alfaridho 

Mahasiswa UIN Sumatera Utara

Minggu, 16 Agustus 2020

PENGARUH PANDEMI COVID 19 TERHADAP BISNIS ASURANSI

Oleh : FARIHIN ABDILLAH FATTAH

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UINSU Semester VI 

Diakhir tahun 2019, dunia dan tidak terkecuali Indonesia mengalami musibah  yang luar biasa, yaitu  berupa kasus infeksi pada paru dan telah terindentifikasi penyebabnya yaitu infeksi baru (NOVEL) Corona Virus Deseas (Covid 19). Kasus pertama  terjadi  dikota  kota Wuhan provinsi Hubai Cina. Korban yang terpapar dan meninggal dunia akibat virus ini sungguh luar biasa jumlahnya. Selain itu pengaruh pandemi ini hampir hampir meluluh lantakan stiap sendi kehidupan keluarga mau pun komunal. Sebut saja misalnya pendidikan,ekonomi,social maupun kesehatan. Pandemi masih berlangsung dan dampaknya juga masih dapat di rasakan.

Kegoncangan  ekonomi dan bisnis akibat pandemi memiliki dampak yang sangat besar bagi bisnis asuransi .Nasabah baik perorangan maupun lembaga melakukan klaim proteksi secara masal. Sehingga pihak asuransi hampir hampir tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayarkan klaim proteksi tersebut hal ini di sebabkan premi yang di bayarkan nasabah tidak mencukupi dan di tambah regulasi untuk mengantifikasi dampak buruk pandemi bagi dunia asuransi atau lembaga lembaga asuransi boleh dikatakan belum ada ini juga menjadi penyumbang keruwetan dalam bisnis asuransi.

Media online Bisnis.com melaporkan bahwa Otoritas  Jasa Keuangan  (OJK) menyatakan bahwa kinerja pertumbuhan premi industri asuransi jiwa merosot cukup signifikan akaibat pandemi virus Corona. Terdapat koreksi kinerja industri asuransi per maret 2020, khususnya asuransi jiwa. Industri asuransi mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Dijelaskan bahwa semua koreksi  tersebut merupakan dampak dari penyebaran virus corona yang menekan kondisi perekonomian.

Dilaporkan juga bahwa selain industri jiwa, koreksipun terjadi di industri asuransi umum. Pertumbuhan preminya pada Maret 2020 berada pada level 3,65 persen,  menurun dari capaian pertumbuhan pada Desember 2019 sebesar 15, 65 persen.  

Data-data itu semua menunjukkan kepada kita bahwa betapa pengaruh pandemi virus corona memberikan dampak yang besar sekali bagi industri asuransi, terutama di tanah air. Lantas apa langkah yang harus diambil untuk menyelamatkan industri asuransi ini dari keterpurukan?. Hastanto Sri Margo Widdod, ketua Asosiasi asuransi Umum Indonesia, ketika ditanya tentang  langkah agar  asuransi secara umum dapat bertahan selama pandemi menyebutkan bahwa paling tidak ada dua poin penting yang harus dilaksanakan. Point pertama adalah langkah persiapan yang menyangkut kebutuhan untuk masuk pada era normal atau sebelumnya yaitu new normal. Sedangkan point kedua, tentang cadangan, termasuk cadangan premi yang dimiliki yang perlu dijaga.

Disisi lain, yang harus dilakukan adalah tetap komitmen untuk fokus membantu masyarakat, khususnya yang terkena resiko dalam beberapa hal antara lain :

  1.  Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya berasuransi. 
  2.  Menjaga pola usaha dengan mengedepankan  kesehatan.
  3. Semangat dan disiplin dalam jajaran perusahaan asuransi
  4.  Menjalin kerjasama antar lembaga dan badan usaha asuransi.

6.   Bisnis asuransi merupakan usaha bisnis, maka keuntungan tetap dijaga, demi mempertahankan cash flow dan akhirnya akan tetap kuat saat membayar klaim nasabah.

Asuransi memang tidak luput dari pengaruh pandemi covid 19. Gara-gara virus ini industri asuransi mengalami perlambatan, baik diangka total pendapatan premi, hasil investasi maupun klaim asuransi. Asuransi yang ideal adalah asuransi yang mampu bertahan diera kondisi seperti ini.

Medan, 16 Agustus 2020.

Penulis : Farihin Abdillah Fattah

Mahasiswa Sem VI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.