CATATAN BAGI YANG GEMAR "TADARUS"


JAPAR, M.AG

JAPAR, M.Ag

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang khas dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Selain kewajiban puasa yang mesti dilakukan oleh setiap muslim, di dalam Ramadhan banyak sekali keutamaan-keutamaan yang dapat diraih di dalamnya. Di antara amalan yang paling favorit di dalam bulan ini adalah tilawah Al-Qur'an yang biasa juga disebut dengan tadarus Al-Qur'an. Ada berbagai macam cara yang dilakukan dalam tadarus AlQuran, yaitu dengan membaca Alquran secara sendiri-sendiri sehingga tuntas dibaca satu mushaf tiga puluh juz. Ada pula yang mengkaji Alquran melalui tafsirnya. Ada pula yang mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an per ayat maupun tersurat atau secara tematik, selain itu ada pula yang membaca Alquran secara beramai-ramai dibimbing oleh seorang pemandu yang dianggap lebih paham tentang ilmu tata cara membaca Al-Qur'an dengan baik (tahsin). 


Kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas merupakan hal yang sangat positif sekali dalam rangka untuk mendekatkan setiap pribadi muslim dengan Al-Qur'an. Interaksi dengan Alquran pada bulan Ramadhan sangat masif sekali dilakukan oleh mereka yang menggandrungi bacaan Alquran. 


Ketika membaca Alquran secara berjamaah mestilah menggunakan tata cara dan adab yang baik serta didasari ilmu. Hal ini ditegaskan karena amal yang tanpa didasari dengan ilmu, termasuk membaca Alquran, tidak akan menjadi pahala bagi yang melakukan, bahkan sebaliknya dosalah yang didapatkan. Oleh sebab itu mengetahui tata cara adab dan mengaplikasikan adab bacaan Alquran yang berdasarkan ilmu merupakan sebuah keniscayaan.

Atas dasar itulah maka penulis mencoba untuk berbagi sedikit ilmu tentang tata cara membaca Alquran, sehingga dengan informasi yang relatif sedikit ini dapat membantu para pencinta Al-Qur'an untuk membacanya dengan benar.


Isti'adzah

Pada bagian ini akan dibahas mengenai isti'adzah. Hal ini sangat perlu diketahui, apalagi hampir setiap kita membacanya pada saat memulai membaca Al-Qur'an. Namun harus tahu bagaimana tata cara membaca isti'adzah tersebut, apalagi di beberapa tempat ketika kita mendengar dan mengikuti tadarus Al-Qur'an banyak sekali hal-hal yang kurang tepat dilakukan oleh mereka.


Ta'awudz atau isti'adzah adalah membaca audzubillah. 

Mayoritas ulama  berpendapat bahwa membaca ta'awudz disunahkan sebelum membaca Al Quran, bahkan ada yang mewajibkannya. Mereka mendasarkan kepada QS. an-Nahl : 98.

Para ulama sepakat bahwa kalimat ta'awudz bukan termasuk salah satu ayat Alquran. Adapun lafal atau sighat isti'adzah yang menjadi pilihan para qurra' (ahli qiraat) yaitu a'udzubillahi minasy syaithanir rajim. Namun mereka juga sepakat membolehkan lafadz isti'adzah dengan redaksi a'udzubillahis sami'il 'alimi minasy syaithanir rajim. 

Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum membaca isti'adzah dengan suara nyaring ketika hendak baca Alquran adalah sunnah.  Dikecualikan daripadanya beberapa tempat di mana tidak disunatkan membaca dengan nyaring yaitu:

  1. Jika membaca Alquran dengan suara rendah sama ada dia sendirian atau bersama jamaah dalam satu majelis;

  2. Jika membaca Al-Quran sendiri dengan suara nyaring atau rendah;

  3. Jika membaca Alquran dalam salat sama ada shalat nyaring atau tidak;

  4. Jika membaca Alquran bersama jamaah dalam tadarus AlQuran tetapi dia bukan pembaca pertama.


Demikian pula, tidak diperkenankan membaca "ta'awudz" setelah kalimat "Qolallahu Ta'ala (berfirman Allah SWT)" atau kalimat "Qoulullahi 'Azza Wajalla (firman Allah SWT)", karena akan menimbulkan kerancuan bahwa seolah-olah isti'adzah atau ta'awudz itu merupakan ayat Alquran,  dan itu kesalahan yang sangat fatal yg dilakukan oleh para khatib dan para penceramah. Hal itu karena sesungguhnya Allah SWT adalah yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung, yang Maha Mulia, yang  Maha Gagah, yang Maha Besar, yang Allah memerintahkan kepada hambanya yang muslim, agar memohon perlindungan kepada Allah SWT dari setan yang terkutuk, maka Dia lah yang orang-orang muslim memohon perlindungan kepadaNya, dan dijadikan sandaran oleh mereka. Maka siapa yang berkata mengatasnamakan firman Allah atas apa yang tidak Allah firmankan maka sungguh dia telah berbuat mengada-ada kepada Allah, dan melakukan ucapan yang buruk yang harus dijauhi, maka apabila terlanjur lisannya mengucapkan itu, dan berbuat kesalahan yang fatal ini, maka hendaknya ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. 


Sumber :

  • Qiraat Sab'ah karya Syekh H. Muhammad Roihan Nasution, MA.

  • Al-Wadhih fi  Ahkamit Tajwid karya Dr. M. Isham Muflih al-Qudhat

  • Haqqut Tilawah, karya Husni Syaikh Utsman




0 comments:

Posting Komentar