/>https://maswashliyah.blogspot.com MAS ALWASHLIYAH DESA PAKAM

Translate

PUISI OLEH MUHAMMAD RIFAL AZHARI

MADRASAH ALIYAH ALWASHLIYAH DESA PAKAM MENERIMA SISWA BARU TAHUN PELAJARAN 2024/2025

Sabtu, 27 Juni 2020

PENERIMAAN SISWA BARU




MADRASAH ALIYAH ALWASHLIYAH DESA PAKAM
JLN. SOFYAN SURI NO. 120 DESA PAKAM KECAMATAN MEDANG DERAS


MENERIMA SISWA BARU
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

MADRASAH ALIYAH ALWASHLIYAH DESA PAKAM MEYELENGGARAKAN PENDIDIKAN KURIKULUM NASIONAL

KEGIATAN EKSTRA KURIKULER :
1.      OLAH RAGA VOLLEY BALL, TENIS MEJA BULU TANGKIS
                                                 DAN LAIN-LAIN
2.      SENI NASYID, HADRAH
3.      TAHSIN ALQURAN
4.      MEMBACA KITAB TAFSIR DAN HADIS
5.      PRAMUKA
6.      KEGIATAN IKATAN PELAJAR ALWASHLIYAH BERUPA LATIHAN KADER DASAR, LATIHAN KADER MENENGAH DAN LATIHAN KADER INSTRUKTUR

KUOTA TERBATAS!!
BURUAN DAFTARKAN PUTRA PUTRI ANDA
DI

MADRASAH ALIYAH ALWASHLIYAH DESA PAKAM
DIASUH OLEH GURU-GURU YANG BERPENGALAMAN




SYARAT PENDAFTARAN
1.      MENGISI FORMULIR YANG DISEDIAKAN PANITIA
2.      FHOTOCOPY SURAT KETERANGAN LULUS SMP/MTS
3.      FHOTOCOPY KARTU KELUARGA
4.      AKTE KELAHIRAN
5.      SURAT KETERANGAN BERKELAKUAN BAIK DARI SEKOLAH/MADRASAH ASAL
6.      MEMBAYAR BIAYA PENDAFTARAN

INFORMASI HUBUNGI : 081397087615
E_mail : mas_awpakam@yahoo.co.id



INSYA ALLAH AKAN MELAKSANAKAN ACARA RESEPSI PELEPASAN ALUMNI YANG KE 20 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
 MAS ALWASHLIYAH DESA PAKAM

KEPADA ALUMNI MAS ALWASHLIYAH DESA PAKAM AGAR DAPA HADIR PADA ACARA PELEPASAN TERSEBUT
BERSAMA DENGAN ORANGTUA

Kamis, 20 Februari 2020

KUNJUNGAN MAHASISWA PROGRAM MAGISTER UIN SUMATERA UTARA

Desa Pakam. 
Mahasiswa Program Magister UINSU melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat dan sekaligus sosialisasi perguruan tinggi UIN Sumatera Utara, Madrasah Aliyah Alwashliyah Desa Pakam sebagai tujuan kunjungan .





Minggu, 17 November 2019

KETUHANAN YANG MAHA ESA MENURUT ALQURAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA MENURUT ALQURAN
Oleh : Japar
Pendahuluan
Persoalan ketuhanan adalah persoalan yang sangat penting dalam setiap agama di dunia. Tolak ukur sesuatu itu dapat disebut agama  dilihat dari  ada atau tidak nya konsep ketuhanan didalamnya. Eksistensi Tuhan juga menjadi objek penolakan atau penerimaan disepanjang sejarah kehidupan manusia. Mulai dari orang-orang Yunani Kuno, yang mempercayai  Dewa Venus, Dewa Apollo, Dewa Mars. Hindu masa lampau  meyakini dewa – dewa sebagai Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam hikayat mahabrata. Masyarakat Mesir  meyakini  Dewa Osiris, Izis dan Ra’, Masyarakat Persia yang percaya terhadap Tuhan Terang dan Tuhan Gelap. Jika tidak ada konsep tentang ketuhanan didalam agama itu maka tidak dapat dikatakan sebagai agama. Namun konsep ketuhanan masing-masing agama berbeda. Sehingga diantara agama ada yang disebut agama monotheisme dan politheisme.
Agama monotheisme juga mengalami perbedaan penafsiran dalam  memahami konsep ketuhanan. Sebut saja misalnya, konsep monotheisme menurut Islam berbeda dengan konsep monotheisme menurut Kristen. Islam, Kristen, Hindu, Budha masing-masing mempunyai konsep berbeda tentang hal ini. Akibat dari perbedaan ini tidak jarang menimbulkan ketidakharmonisan didalam masyarakat. Perpecahan dan perselisihan terjadi karena masing-masing agama ini mengklaim hanya dirinya yang benar dalam memahami konsep keesaan Tuhan.
Diantara penganut agama Islam  juga terjadi penafisran yang berbeda terhadap konsep ketuhanan yang Maha Esa. Aliran-aliran seperti Mu’tazilah, As’ariyah, Maturidiyah, Jabbariyah, Qadariyah masing-masing berbeda penafsiran terhadap konsep keesaan Tuhan. Sebagaimana yang terjadi antar umat beragama, intern umat beragama juga selalu mengalami suasana yang tidak harmonis  yang diakibatkan perbedaan pemahaman ini. Telah terjadi mihnah / fitnah besar pada masa kekhalifahan Bani Umayyah dikarenakan perbedaan penafsiran konsep ketuhanan yang Maha Esa.
Negara Republik Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, yang merupakan –katanya - murni hasil pemikiran dalam sila pertama mencantumkan kalimat Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam kenyataannya bahwa bangsa Indonesia yang menganut berbagai agama juga memiliki penafsiran yang berbeda terhadap sila pertama tersebut.
Melihat kenyataan yang terjadi, lantas bagaimana seharusnya kita menghadapi perbedaan itu. Dan tafsiran dan konsep yang mana seharusnya diikuti dalam memahami ketuhanan yang maha Esa yang menjadi keyakinan dan sekaligus dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Alquran sebagai sumber pertama dan utama dalam memahami segala konsep yang terdapat dalam Islam, termasuk juga masalah ketuhanan yang maha Esa. Alquran sebagai hakim yang tertinggi dalam menentukan sebuah kebenaran. Maka untuk mendapatkan pemahaman yang benar maka perlulah kita kembali kepada Alquran. Makalah ini ditulis dalam rangka untuk menelusuri konsep keesaan Tuhan dan untuk mendapatkan argumentasi yang benar tentang konsep keesaan Tuhan.
Pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kata “ketuhanan” berasal dari kata “Tuhan”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Tuhan berarti “seuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb”. Ketuhanan berarti “sifat keadaan Tuhan, segala yang berhubungan dengan Tuhan.  
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab : الله  ) yang diyakini sebagai Zat   Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa. Kata الله  diderivasi dari kata إله  yang berati menyembah. Kata إله dan kata الله pada awalnya berasal  dari kata ولاه yang berarti ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan. Telah terjadi perbedaan pendapat mengenai  kata الله , namun agaknya dapat disepakati bahwa kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah kata yang sempurna hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama ulama bahwa kata itulah yang dinamai  اسم الاعظم. Dan Allah sendiripun menyebut dirinya  Allah. QS. Thaha : 14.
Pembahasan mengenai Tuhan didalam Alquran sangat luas. Kata “Allah” terulang didalam Alquran sebanyak 2697 kali. Kata “Ilah” dalam bentuk mufrad terulang sebanyak 111 kali, “ilahaini” dalam bentuk mutsanna 2 kali, dan dalam bentuk jama” “alihah” sebanyak 34 kali.[1] Ini sebagai bukti bahwa masalah ketuhanan adalah masalah yang sangat prinsipil.
Kata Esa merupakan sifat yang selalu di kaitkan dengan Allah. Tujuannya adalah untuk menambah kemutlakan terhadap otoritas Tuhan. Dan hanya Allah  yang berhak mendapatkan atribut ketuhanan semesta raya ini, esensi hakiki hanya dimiliki oleh Tuhan, sedangkan keberadaan sesuatu yang lain hanyalah merupakan pancaran dari keberadaan Allah. Karena segala sesuatu membutuhkan Allah  untuk eksistensinya, namun tuhan tak membutuhkan apa-apa dalam mewujudkan eksistensinya.
Konsep Ketuhanan Yang maha Esa sebagai Fitrah Manusia 
Alquran mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan, dan bahwa hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal kejadian. Demikian difahami dari firmanNya dalam QS. Rum : 30 :

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dalam QS. Al-A’raf : 172,

Artinya : dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Dalam QS. Fushshilat : 30,

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
 QS. Ar-Ra’d : 28.
tÈ  
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Ayat Alquran tentang Keesaan Tuhan
1.      Nabi yang diutus Allah mengajarkan tentang keesaan Tuhan.
Ayat-ayat tauhidiyah banyak  sekali bertebaran di dalam Alquran,  memberikan informasi tentang ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi sebelum Muhammad saw. Diantaranya : QS. Al-Mu’minun : 23,

Artinya : dan Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,
QS. Hud : 50,

Artinya : dan kepada kaum 'Ad (kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan saja.
QS. Hud : 61,

Artinya : dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

QS.Hud; 84,

Artinya : Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."

QS. Al-Baqarah : 133,

Artinya : Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

QS. Al-Maidah: 72, QS.Al-Anbiya’ : 25.
Misi yang dibawa Nabi Muhammad saw, juga adalah ajaran keesaan Tuhan. Alquran menjelaskannya dalam QS Al-Baqarah : 163,

Artinya : dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Demikian juga dalam surat Al-Ikhlas : 1-4,
QS. As-Syura : 11,

Artinya : (dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.

2.      Alquran mengajak manusia berfikir tentang keberadaan keesaan tuhan
Akal yang dianugerahkan kepada manusia menyatakan  bahwa jejak-jejak inderawi kekuasaan Allah dan sisfat-sifat perbuatannya yang lain tidak bisa dimiliki kecuali oleh Sang Pencipta Yang Maha hidup dan berdiri sendiri, yaitu Allah swt. Barangsiapa yang memikirkan makhluk Allah, niscaya dia akan beriman kepadanya dengan keimanan yang kuat tak tergoyahkan, kerna sifat dan keesaaanNya dapat dilihat melalui jejak-jejakNya.
Oleh karena itu, Alquran menganjurkan kita agar berfikir tentang kekuasan dan keesaan Allah serta ciptaanNya. Firman Allah QS. Al-Jatsiyah : 3-6 :
Artinya : Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.3)Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,4) dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.5) Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; Maka dengan Perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.6)

Melalui Alquran Allah menjelaskan  tentang gejala alam yang menunjukkan keesaan Allah sebagai bukti nyata dari ayat-ayat tentang keesaan Allah. Alquran bercerita tentang langit, bumi, silih bergantinya malam dan siang, al-fulk (perahu) hujan, arah angin, mendung yang berkelompok dan lain-lain.[2]


3.      Larangan Alquran untuk menyekutukan Allah.
QS. An-Nahl : 51,
Artinya : Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

 QS. An-Nisa’ : 36,

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

QS. al-Maidah : 73,

Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

QS. an-Nisa’ : 171.
Ÿ@  
Artinya : Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nyayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

4.      Gaya Alquran menjelaskan tentang keesaan Allah.
Semua nabi membawa ajaran tauhid, terlihat melalui ayat-ayat Alquran. Namun kelihatan secara jelas cara pemaparan yang berbeda tentang prinsip keesaan Tuhan. Nabi Muhammad, melalui Alquran  diperkaya oleh Allah dengan aneka penjelasan dan bukti, serta jawaban yang membungkam siapapun yang mempersekutukan Allah. Allah menyesuaikan tuntunan yang dianugerahkan kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berfikir umat mereka.[3]


DAFTAR BACAAN
Lubis, HM. Arsyad Thalib, Keesaan Tuhan menurut Kristen dan Islam, Jakarta, Hudaya, tt.
Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan Alquran : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat , Bandung, Mizan, 1996,
Shihab, Muhammad Quraish, Ensiklopedi Alquran : Kajian Kosa Kata, Jakarta, Lentera Hati, 2007.
Al-Jindani, Syeikh Abdul Majid, Beriman Secara Rasional, Jakarta, Percetakan Negara, 2004.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Marghi, Semarang, Karya Thoha Putra, tanpa tahun.




[1] Shihab, Muhammad Quraish, Ensiklopedi Alquran : Kajian Kosa Kata, Jakarta, Lentera Hati, 2007, hlm. 75.
[2] Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 2, hal. 45-52.
[3] Ibid,  hlm. 15.